Puisi Ar : Coba Kamu Hayati
Aku pernah meyakinkan, tapi kau ragukan. Kupikir sehabis menjauh darimu. Memulai hidup baru. Aku sanggup lepas sepenuhnya dari hal-hal yang pernah ada tentangmu. Aku sanggup lepas dari perasaan yang belum tuntas kepadamu. Aku sanggup melenyapkan segala rindu yang dulu menggebu. Itulah sebabnya saya pergi menjauh. Meninggalkanmu untuk menanggalkan perasaan sayang itu. Aku ingin bahagia. Meski bukan denganmu yang tidak bersedia.
Tapi saya heran kepadamu. Saat saya menentukan pergi kau seolah menahanku untuk tetap di sini. Kau memberi tanda bahwa kau sedang berguru menerima. Kau seolah mengambarkan kepadaku, biar saya tetap saja mencintaimu. Dan semua perlakuan itu membuatku berpikir ulang. Berkali-kali saya menunda pergi. Aku pikir kau benar akan berguru membuka hati. Tapi semua percuma. Sepanjang waktu berlalu yang saya sanggup hanyalah luka. Kau tidak pernah benar-benar menerima. Kau hanya mempermainkan perasaan yang tak main-main kurasakan kepadamu.
Kau tarik ulur hatiku. Kau ragukan perasaanku yang begitu dalam hanya menginginkan kamu. Kau ibarat ular, melingkari langkahku. Namun enggan menjadi cuilan dari hidupku. Kau hanya ingin bermain-main, sementara saya tidak pernah ingin menjadi mainan. Kau harusnya tahu, saya yang sudah terlalu lelah memendam rindu. Itulah mengapa kesannya saya menentukan pergi. Aku menentukan mematikan saja semua rasa hati kepadamu. Meski tetap saja ada yang tersisa dan terasa pilu. Setiap kali kita bertemu kau seolah menyalahkan aku. Menyalahkan saya yang menentukan pergi.
Sesekali merenunglah. Apa yang sudah kaulakukan kepadaku? Bagaimana rasanya menjadi seseorang yang tak pernah diterima? Bagaimana rasanya menyayangi seseorang yang hanya ingin memainkan perasaanmu? Atau bagaimana rasanya menyayangi seseorang yang mencurigai perasaanmu? Itu yang kurasakan. Jika kesannya sekarang saya menentukan pergi. Lalu menyayangi orang baru. Jelaskanlah, pada cuilan mana saya bersalah kepadamu? Tidak perlu dijawab, perasaan padamu tak lagi ada. Meski pun ada, akan kubunuh secepatnya
Penulis AR | 24/02/2015