Logika Menentang Agama? Yakin?
Assalamualaikum wr,wb.
Sebenarnya ini ialah komplemen untuk artikel Teori saya wacana Adzan, namun pemahaman ini kita haru kaji sebelum masuk ke Teori Asli hasil pemikiran saya atau kecerdikan sehat saya.
Benarkah nalar menentang agama? atau agama sobat yang menentang Logika? kebenaran yang hakikat kita cuma sanggup menyerahkannya kepada yang Maha Benar. Kita hanya sanggup mendekati kebenaran, kembali ke pokok masalah, pertama saya akan paparkan devinisi sederhana dari Agama dan Logika.
Apa itu Logika?
Logika ialah kaidah-kaidah berfikir. Subyeknya akal-akal rasional. Obyeknya ialah proposisi bahasa. Proposisi bahasa mencerminkan realitas, apakah itu realitas di alam aktual ataupun realitas di alam fikiran. Kaidah-kaidah berfikir dalam nalar bersifat pasti atau mesti. Penolakan terhadap kaidah berfikir ini tidak mungkin (tidak mungkin). Bahkan tidak mungkin pula dalam semua khayalan yang mungkin (all possible intelligebles). Contohnya, sesuatu apapun pasti sama dengan dirinya sendiri, dan tidak sama dengan yang bukan dirinya.
Apa itu Agama?
Yang saya pahami wacana agama ketika ini ialah Agama berasal dari dua kata yaitu A dan Gama, dimana A artinya Tidak dan Gama berarti tidak kacau (Pengertian Secara Etimologi), nah secara istilah Agama ialah Kepercayaan kepada sesuatu dan non sesuatu, bersistem atau tidak, terstruktur atau tidak. ada atau tiadanya. Dimana yang kita ketahui insan ketika ini ada yang menentukan beragama dan bertuhan (Theis), Bertuhan tanpa beragama (Agnostic) dan Manusia yang tidak bertuhan dan beragama (Atheis).
Setelah kita mengetahui hal tersebut kita kembali kepertanyaan semula, Benarkah nalar menentang Agama? atau Agama sobat yang menentang Logika? ibarat yang di ungkapkan terkenal dari tokoh besar di dunia Islam, Ibn Taimiyyah bahwasanya “Man tamanthaqa faqad fazandaqa” yang artinya "Barang siapa yang memakai nalar maka ia kafir"
Benarkah ungkapan Ibn Tamiyyah itu?
Menurut saya begini (Hanya sebagai pembelajaran shob, HATI-HATI)
JIka kita membahas hal di atas dari bentuk Tekstualitas maka kita akan mendapat bahwa Agama seseorang yang menentang Logika. Mengapa? kita kembali kepada pengertian awalnya yaitu agama ialah kepercayaan, kemudian Logika ialah Kaidah berfikir. dapatkah anda Percaya atau Yakin kalau belum pernah Ragu? bagaimana cara anda mengetahui Kopi ini bagus sedangkan anda belum pernah mencoba kopi yang pahit?
Nah di atas kalau kita memakai pandangan Tekstualitas, Bergantung pada konsep. Namun saya yakin pasti masuk akal, hehe. ayo jujur? ok kita lanjut ke pahaman yang kita sanggup kalau kita memakai Terminologi, ibarat yang kita ketahui kebenaran Logika mutlak adanya pada Dunia Materi (ingat : pada dunia Materi atau dunia nalar itu sendiri) dan kebenaran Agama/kepercayaan terletak pada keyakinannya itu sendiri (Dimensi Kepercayaannya sendiri), nah jadi bagaimana? masing-masing membenarkan diri sendiri? yah panta kalau anda orang Islam pasti bilang Islamlah yang paling benar, kalau sobat ialah umat kristen pasti menyampaikan bahwa Kristenlah yang paling benar, kan gitu.., jadi dimana letak kesalahannya? dimana letak kebenarannya? Sekali lagi kalau berbicara wacana Benar dan Salahnya kita tidak sanggup menemuinya, kita hanya sanggup mendekati Benar ataupun mendekati salah. jadi dimana letak kesalahannya?
Ternyata Logika, ternyata letak kesalahannya hanya pada Persepsi masing-masing, Yah pemikiran masing-masing, Coba anda kembali perhatikan, anda sedang apa sekarang? yang saya tau anda sedang membaca artikelku, membaca pakai apa? Logika jawabnya, anda percaya dengan Tulisanku ini? kalau percaya berarti munculah keyakinan terhadap saya. Nah berarti Logika jalan menemukan agama dong? jadi nalar tidak menentang agama yah? jawabnya iyah, Logika tidak sama sekali menentang Agama, sebaliknya Logika sebagai kaidah berfikir ialah salah satu jalan Memusnakan kefanaan dunia bahan ini, menuju keyakinan, nalar ialah salah satu jalan menuju keyakinan. Yah itulah Logika.
Kenapa saya berani berkata demikian? mungkinkah saya kafir? mungkin begitu jawab sobat yang sedang membaca artikel di blog ini, namun hening saya punya alasan, Namun khusus untuk umat islam saja sahabat, hehe.
Perintah pertama kali yang diturunkan Allah Azza wa Jalla kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw ialah 'IQRO' malah perintah ini diulang-ulang hingga tiga kali. Apa itu IQRO? iqro pada terjemahan Indonesia yang banyak tersebar di negeri ini ialah "Membaca, Baca", namun coba kita teliti lagi, coba kita ambil kamus Bahasa arab, coba translate apa itu IQRO, ternya iqro pengertiannya luar diantaranya adlaah Bacalah, Membaca, Pahami, Fikirkan dll, nah dari sini kita sanggup simpulkan, perintah Tuhan yang pertama ialah Memahami atau fikirkan, bukan Yakinlah atau percayalah, tapi yang kuasa pertama kali memerintahkan kita ialah berfikir, memahami.
Kenapa begitu? alasannya kebanyakan kita ketika ini ialah yang pertama kita lakukan bersyahadat, yah mengucapkan dua kalimat syahadat, apa itu syahadat? syahadat ialah bersaksi, pernahkah anda saksikan Tuhan kemudian berani berkata demikian? jawabannya tidak, hanya ikut-ikut, heeh kenapa demikian? alasannya kita tidak pernah mau berfikir, padahal NABI IBRAHIN as Pernah Atheis, alasannya dia adlah pencari kebenaran, berfikir siang malam memikirkan ada dan tiadanya yang kuasa hingga alhasil dia mendapat bahwa yang kuasa itu ADA, barulah ia bersyahadat.
Bagaimana sahabat? apakah sobat sudah islam? Yakin? Masihkan Agama sobat menyalahkan Logika?
BERFIKIRLAH salam Filososfi
Wassalamu alaikum wr,wb
Mungkin sebagian sobat salah berfikir kepada saya, namun inti dari semua ini kalau kita membenarkan perkataan ibn Tamiyyah maka sama saja kita mengkafirkannya, alasannya kita telah membenarkannya dengan Logika, semoga sobat tidak salah berfikir wacana saya, silahkan tunggu updaten artikel saya selanjutnya sebagai inti dari artikel ini sebenarnnya, alasannya keterbatasan saya sebagai insan yang punya lelah dalam mengetik kata perkata, hehe