Renungan Motivasi Fisika Perihal Kabut-Kabut Kemungkinan
di balik kabut Semeru
tiada tampak ujud seribu burung yang sedang berkicau nyaring
di balik kabut Sang Maha Meru
tiada tampak….Di Manakah Ia yang sejati, yang senantiasa
bertabir dalam banyak sekali ia-ia
dimitri mahayana, 29 Oktober 1994
Persamaan Schrodinger memandang gerak benda sebagai rambatan suatu gelombang. Energi gelombang terkandung pada suatu cuilan ruang tertentu berbanding lurus dengan kemungkinan titik partikel terdapat pada cuilan ruang tersebut. Tapi ingat hanya kemungkinan. Dan kemungkinan tetap kemungkinan. Makara perhatikan urutan premis di bawah ini;
- Jika kita memandang bahwa Persamaan Schrodinger yaitu salah satu aturan yang berlaku di alam
- Dan kalau kita memandang partikel intinya yaitu sesuatu yang menempati ruang dan waktu.
Maka;
“Hukum yang mengatur gerak partikel-partikel tidak bersifat deterministik, artinya dia bersifat probabilistik”.
Jadi kepada arwah Dr. Eistein dan Dr. Schrodinger, mari kita ungkapkan penafsiran ini. Tuhan tidak bermain dadu. Karena dadunya tidak ada. Karena partikel, -sebagai dadu-, hanyalah konsepsi imajiner. Kalaupun partikel itu bergerak bagai dadu, -bukanlah Tuhan yang memainkannya-, fikiran dan imajinasi kitalah yang memainkannya. Pemikiran kita terbatas, konsepsi kita ihwal bahan telah mengurung kita dalam penjara-penjara tiada ujung yang menyedihkan. Bukanlah sekarang saatnya bagi kita untuk menyadari bahwa selama ini kita terpenjara, dan mari gotong royong melaksanakan “Escape form thies beloved jail,-Melepaskan diri dari penjara yang kita cintai ini-“. Melepaskan diri dari konsepsi bahwa partikel yaitu sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang.
Materi yaitu kabut. Yang menutupi kenyataan. Walaupun di gunung berkabut yang terdengar hanyalan kicau burung, kita yakin bahwa ada burung walaupun tak tampak. Jika kita hanya berfikir ihwal kabut, mungki saja mengkonsepsikan bahwa kabut itulah yang berkicau. Betapa naifnya kalau kita tergeletak dalam kepekatan kabut materi!