Karangan Dongeng Fiksyen Sains Karim Dan Kakek Hassan ( Dongeng Cerdas )
Karim sedang melihat ke jendela, sudah tidak sabar menunggu kakeknya. Sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama Kakek Hassan. Akhirnya, kakeknya tiba. Karin berlari dengan bangga ke arah pintu dan memeluknya. Seperti yang dia harapkan, kakeknya telah membawakannya sebuah hadiah—mainan kesukaannya dan beberapa buku bergambar. Kakek Hassan bahagia melihat cucunya sangat gembira. Dia berkata: “Hari ini, kakek harus mengerjakan sesuatu di luar kota, kau mau ikut dengan kakek? Kita sanggup menikmati perjalanan di luar bersama-sama.”
Karim dengan bangga menerimanya maka pergilah mereka. Mereka pun meninggalkan kota, dan Karim sangat menikmati perjalanan kejutan ini.
“Udaranya sangat luar biasa,” dia bernafas dalam-dalam. “Hari ini kita mengisi paru-paru kita dengan udara sejuk ini. Karim berharap udara selalu mirip ini di dalam kota.”
“Itu akan sedikit sulit, Karim,” jawab kakeknya, “karena buangan mobil, asap dari cerobong, terlebih di trend dingin, dan langkanya pepohonan dan tumbuhan mencegah udara di kota dari menjadi bersih.”
Karim merenung sejenak: “Karim mengerti mengenai asap, tapi Karim belum begitu mengerti apa kaitannya tumbuhan dengan ini. Pohon gunanya untuk menghasilkan buah dan memperindah kota, bukan?”
“Ya,” jawab Kakek Hassan, “Pohon sanggup melaksanakan itu semua; namun mungkin yang terpenting adalah, pohon juga membersihkan udara. Pohon bernafas dengan cara yang sebaliknya dari makhluk hidup lainnya. Manusia dan binatang mengambil oksigen dari udara, dan sehabis menggunakannya dalam badan mereka, mereka menghembuskan udara yang telah digunakan sebagai karbon dioksida. Namun tumbuhan melaksanakan hal yang sebaliknya: tumbuhan mengambil karbon dioksida dan melepaskan oksigen, yang dengan demikian tumbuhan membersihkan udara. Ada sifat mengagumkan lainnya dari tumbuhan, Karim, dan Allah-lah, Yang Mahabijaksana, Yang telah membuat semgalanya. Bila kau mau, kakek bisa menceritakan apa yang kakek ketahui mengenai tumbuhan.”
“Ya, silakan, Kakek; Karim ingin mendengarnya!” jerit Karim dengan gembira.
Kakek Hassan mengambil nafas dalam-dalam dan memulai, “Tumbuhan bernafas dalam sebuah proses yang disebut fotosintesis.”
“Apakah fotosintesis itu?” Karim memotong pembicaraan.
“Kakek akan mencoba menjelaskannya kepadamu,” kata kakeknya, “tapi itu tidak akan gampang alasannya sangat sulit dan rumit. Bahkan para ilmuwan masih mencoba untuk memahami proses ini sepenuhnya.”
Karim berpikir sejenak: “Jadi, tumbuhan bertahan hidup melalui sebuah proses yang para ilmuwan sedang mencoba memahaminya. Saat kakek menyebut ‘proses’ Karim berpikir mengenai operasi matematika dan rumus-rumus. Bahkan kami menganggap terkadang matematika sulit untuk dipelajari, namun tumbuhan, yang tidak mempunyai pikiran atau badan mirip yang kita miliki, sanggup melakukannya. Ini sebuah keajaiban!”
Kakek Hassan tersenyum: “Ya, itu benar-benar sebuah keajaiban. Dari semenjak tumbuhan diciptakan, tumbuhan telah melaksanakan proses ini tanpa masalah. Di mana saja tumbuhan hijau berada, itu artinya di sana terdapat sebuah pabrik yang menghasilkan gula dari karbon dioksida dan air dengan memakai tenaga matahari. Walaupun kurang kita perhatikan, bayam yang kita makan, sayuran kol dalam selada kita dan bunga ivy di rumah kita selalu dalam acara yang menghasilkan untuk kita. Ini ialah hasil dari kasih sayang Allah Yang Mahakuasa, dengan pengetahuan-Nya yang mahatinggi, miliki untuk manusia. Dia telah membuat tumbuhan demi kepentingan insan dan seluruh hewan. Proses yang tanpa cacat ini, yang bahkan teknologi masa sekarang pun tidak sanggup memahami sepenuhnya, telah digunakan oleh dedaunan selama jutaan tahun. Dalam Al Qur'an, Allah memberitahukan kita bahwa seorang insan tidak sanggup membuat sebuah pohon pun dari ketiadaan:
Atau siapakah yang telah membuat langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, kemudian Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kau sekali-kali tidak bisa menumbuhkan pohon-pohonnya?… (QS. an-Naml, 27:60)
Karim terkagum-kagum dengan tumbuhan yang sanggup bernafas melalui proses kimia istimewa yang disebut fotosintesis ini.
“Jadi, bagaimana proses ini terjadi?,” dia ingin tahu. Sementara dia sedang memikirkan mengenai hal ini, kakeknya melanjutkan ceritanya: “Dengan memakai tanah, udara dan matahari, sel tumbuhan yang tidak mempunyai kesadaran mengambil sejumlah mineral dan air dari dalam tanah dan menghasilkan masakan untuk manusia. Dengan tenaga yang tumbuhan ambil dari matahari, tumbuhan mengurai bahan-bahan ini dan kemudian mengumpulkannya kembali untuk menghasilkan makanan. Ini hanyalah garis besar dari proses tersebut, namun dalam tiap tahapan kau akan sanggup melihat bahwa terdapat sebuah rencana yang sengaja dan pintar. Jelaslah bahwa tujuan dari sistem operasi yang menakjubkan ini ialah untuk menyediakan sumber kehidupan yang dirancang demi kepentingan manusia.”
“Jadi, apakah yang dilakukan oleh daun?” tanya Karim.
Kakek Hassan melanjutkan: “Kamu tahu mikroskop yang kau miliki di laboratorium sekolah untuk meniliti banyak hal?… ketahuilah, jikalau kita akan meneliti sehelai daun dari bersahabat di bawah sebuah mikroskop yang sangat canggih, kita akan sekali lagi melihat kedahsyatan karya seni kreatif Allah. Terdapat sebuah sistem produksi tepat dalam tiap-tiap daun. Untuk memahami sistem ini secara lebih baik, kita sanggup membandingkan apa yang terjadi dalam daun dengan perabotan yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita memperbesar unsur-unsur dalam sehelai daun, kita melihat sebuah pabrik masakan yang berproduksi secara otomatis dan teratur dengan pipa-pipa yang bekerja terus-menerus, ruangan yang dibangun untuk proses khusus, katup yang bekerja mirip kuali masak bertekanan tinggi dan tombol yang tak terhitung jumlahnya sedang mengendalikan ribuan proses. Dan jikalau kita melihat secara lebih teliti, kita melihat penghitung waktu, pengukur suhu, pengatur kelembaban, tata cara pengendalian panas dan sistem umpan balik yang diletakkan pada titik-titik tertentu.”
Karim berpikir sejenak: “Menakjubkan sekali bahwa semua itu terjadi dalam sehelai daun kecil dan bekerja tanpa masalah.”
“Allah lah, Karim, Yang memasukkan dan merancang sistem luar biasa ini,” Kakek Hassan mengingatkan cucunya. “Dengan izin Allah, setiap daun di dunia telah mempunyai sistem luar biasa ini. Jangan hingga kau lupakan itu.”
Sambil mendengarkan Kakek Hassan, Karim melihat sebuah pohon yang sangat besar, dan sebuah duduk masalah muncul untuknya. Dia mulai bertanya-tanya bagaimana sebuah pohon sanggup bertahan hidup tanpa menuntaskan duduk masalah itu. Dia segera bertanya kepada kakeknya: “Kakek, pohon sangatlah tinggi. Bagaimana pohon mengambil air dan masakan dari dalam tanah? Lihatlah pohon itu! Tinggi sekali, tapi daun di puncaknya tetap sangat hijau.”
Kakek Hassan mengangguk: “Ingatkah kamu? Beberapa waktu kemudian Kakek membandingkan daun dengan pabrik; marilah kita membuat perbandingan yang sama lagi. Pikirkanlah sebuah jalur pipa dengan pembungkus mirip jaring-jaring di seluruh bagiannya; jalur pipa tersebut memastikan bahwa materi mentah hingga ke unit-unit produksi dan produk yang dihasilkan dari unit-unit ini disalurkan dalam cairan mirip sirup yang dihasilkan di dalam daun ke kawasan lain sehingga seluruh cuilan dalam pohon mendapatkan makanan. Saluran ini diperuntukkan tidak hanya untuk mengangkut cairan penting ini; terusan ini juga membangun sistem rangka pohon dan daunnya. Dalam bangunan yang dibangun manusia, unsur yang menahan bangunan supaya tetap tegak (besi beton dan penopang) dan sistem pengairan dibangun secara terpisah. Merupakan rancangan yang menakjubkan bahwa, dalam hal tumbuhan, kedua hal tersebut terjadi pada tempat dan ketika yang bersamaan.”
Karim berpikir: “Ini merupakan sistem yang menakjubkan. Karim ingin tahu… ini bagaikan ada kalender atau jam yang tersembunyi di dalam tumbuhan sehingga tumbuhan sanggup melakuka hal yang sama setiap ketika tanpa kebingungan. Misalnya, setiap trend semi bunga bermekaran dan setiap trend gugur, daun berjatuhan dari pohon. Bagaimana itu bisa terjadi, Kakek?”
“Ilmuwan menyebut ini jam biologis,” kakeknya menjelaskan. “Jam yang membuat pembiasaan waktu untuk tumbuhan menghitung hingga seberapa usang cahaya matahari jatuh ke daun. Jam biologis ini menghitung rentang waktu secara berbeda-beda untuk tiap tumbuhan. Misalnya, sebagai hasil dari percobaan yang dilakukan pada kacang kedelai, kita tahu bahwa tumbuhan mekar setiap tahun pada waktu yang bersamaan, tak peduli kapan pun tumbuhan tersebut ditanam. Pastilah Allah Yang membuat pembiasaan waktu dalam tumbuh-tumbuhan.”
Kakek Hassan dan cucunya berhenti di perkebunan di tepi jalan. Setelah mendapat izin dari pemiliknya, mereka mengambil beberapa plum, mencucinya dengan cermat dan mulai memakannya. Plum itu sangat lezat. Kakek Hassan berkata, “Tahukah kamu, Karim, bahwa tenaga yang tumbuhan berikan kepada kita sesungguhnya berasal dari matahari?”
Karim terkejut: “Bagaimana maksud kakek?” dia bertanya, “Saat kita memakan plum ini, apakah kita sesungguhnya sedang memakan matahari?”
Kakek Hassan tersenyum: “Sebenarnya kita memakan matahari, tetapi secara tidak langsung. Kita semua tahu bahwa sumber tenaga utama di bumi ialah matahari. Namun insan dan binatang tidak memakai tenaga ini secara langsung, alasannya kita tidak mempunyai sistem yang tepat. Kamu tahu bagaimana kita menggunakannya? Manusia dan binatang hanya sanggup memperoleh tenaga yang siap guna dari zat masakan yang dihasilkan tumbuhan. Tenaga yang kita gunakan sesungguhnya ialah tenaga matahari yang diberikan kepada kita oleh tumbuhan. Misalnya, ketika kita menghirup teh kita sesungguhnya menghirup tenaga dari matahari; ketika kita mengunyah sepotong roti, sesungguhnya terdapat potongan energi matahari di sela-sela gigi kita. Kekuatan dalam otot kita sesungguhnya ialah bentuk lain dari tenaga matahari. Karena tenaga ini, kau sanggup berlari dan bermain, Kaprikornus bagaimana tumbuhan mengatur ini? Tumbuhan melaksanakan beberapa acara rumit supaya sanggup memperlihatkan tenaga matahari untuk kita. Apa yang membuat tumbuhan menghasilkan masakan mereka sendiri dan memisahkan tumbuhan dari makhluk hidup lainnya ialah bahwa sel tumbuhan berbeda dari sel insan dan hewan; tumbuhan mempunyai susunan dalam selnya yang membuat tumbuhan bisa memakai tenaga matahari secara langsung. Melalui proteksi susunan ini, tumbuhan mengubah tenaga matahari ke dalam bentuk yang insan dan binatang sanggup gunakan sebagai makanan, dan tumbuhan menyimpan tenaga ini dalam masakan dengan memakai rumus khusus yang tersembunyi.”
“Itu menakjubkan!” seru Karim, bergembira: “Allah telah membuat segalanya untuk kepentingan manusia!”
Kakek Hassan setuju: “Maka, kita harus memikirkan semua ini dan bersyukur kepada Allah bahwa Dia telah memperlihatkan begitu banyak nikmat. Allah berfirman kepada kita dalam Al Qur'an bahwa kita harus bersyukur kepada-Nya:
supaya mereka sanggup makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (QS. Ya Sin, 36:35)
Pelajaran kesukaan Karim ialah Ilmu Pasti. Tiba-tiba, sebuah percobaan yang mereka lakukan di sekolah terlintas ke dalam benaknya. Dia berpaling kepada kakeknya dan berkata: “Kakek, kami melaksanakan percobaan di sekolah suatu hari. Guru kami memperlihatkan pekerjaan rumah untuk dikerjakan. Kami meletakkan sebutir kacang di dalam sehelai kapas, menempatkannya di tempat terang dan memperlihatkan air untuk beberapa hari. Tebak apa yang terjadi!”
Kakek Hassan tersenyum lagi: “Kacang tersebut mengeluarkan tunas, kan? Mari kita pikirkan itu. Itu memperlihatkan kepadamu bencana alam yang paling mendasar; yang sesungguhnya ialah sebuah keajaiban. Kamu pernah melihat seekor kelinci ditarik keluar dari sebuah topi kosong dalam pertunjukan sulap, kan?; hal itu hampir sama dengan tumbuhan yang bertunas dalam sehelai kapas atau dalam tanah. Dalam pertunjukan sulap, bagaimanapun, mata kita ditipu, namun tumbuhan yang muncul dari sebuah benih kecil tidaklah menipu siapa pun. Dengan keajaiban semacam ini, Allah, Yang Mahatahu, membuat tumbuhan dari benih kecil dan memperlihatkan kepada kita dengan terang bahwa tidak ada makhluk hidup yang ada alasannya ketidaksengajaan. Mereka yang berkata bahwa makhluk hidup muncul ke dalam kehidupan menurut ketidaksengajaan ialah menipu diri mereka sendiri, bukan begitu, Karim?”
“Ya, Kakek,” Karim oke dengan gembira.
Kakek Hassan melanjutkan: “Bagian dari tumbuhan yang bertunas dari benih yang kecil menghujam ke dalam tanah dan cuilan lain tumbuh ke atas. Tanah cukup keras dan terkemas dengan ketat dan sangat sulit untuk tumbuh ke dua arah. Tunas benih kecil ini tidak mempunyai kecerdasan dan kesadaran mirip kita, jadi sungguh merupakan keajaiban bagaimana benih tersebut melakukannya.”
“Coba pikirkan apa yang terjadi bila kita menaruh benih di dalam tanah namun tidak bertunas,” tangis Karim.
“Maka kita semua akan mengalami duduk masalah besar dalam mencari masakan untuk dimakan. Dan jikalau insan dan binatang tidak sanggup menemukan sesuatu untuk dimakan, mereka perlahan-lahan akan mati.”
Kakek Hassan menganggukkan kepala: “Allah memperingatkan kita dalam Al Qur'an, Karim:
Maka terangkanlah kepadaku ihwal yang kau tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kau heran dan tercengang. (QS. al-Waaqi’ah, 56:63-65).”
Saat mereka berjalan, Karim mulai memikirkan apa yang kakeknya telah sampaikan kepadanya. Dia menceritakan kakeknya apa yang sedang dia pikirkan: “Tumbuhan sangat penting untuk kelangsungan hidup kita, Kakek. Tumbuhan sanggup membersihkan udara yang kita hirup, tumbuhan memperlihatkan kita masakan dan tenaga, tumbuhan menyediakan buah-buahan dan sayuran yang enak untuk kita dan membuat semua tempat menjadi indah. Coba lihat. Lihatlah berapa banyak pohon, bunga, buah dan padi-padian yang berbeda!”
“Terdapat nikmat lain yang kau lupakan,” kata kakeknya. “Nikmat itu tiba dari tumbuhan, dan Allah berfirman kepada kita dalam Al Qur'an:
yaitu Tuhan yang mengakibatkan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kau nyalakan (api) dari kayu itu". (QS. Ya Sin, 36:80)
“Benar, bagaimana Karim sanggup lupa?” tanya Karim. “Kita memperabukan kayu dari pepohonan untuk menghangatkan tubuh. Bahan mentah untuk buku, buku tulis, surat kabar dan semua jensi kertas berasal dari pohon; mirip halnya juga korek api untuk membuat api, bangku berlengan yang kita duduki, meja kita, pintu, jendela…”
Kakek Hassan oke sepenuhnya: “Terlepas dari kegunaan tumbuhan, tumbuhan juga mempunyai sifat lain. Pohon Pinus yang tumbuh di Amerika tengah dan selatan menarik dan menyediakan masakan yang cocok bagi ulat hijau dan hitam dan kupu-kupu merah. Serangga ini bertelur di pohon pinus sehingga pada ketika menetas, serangga dari telur-telur tersebut akan mempunyai masakan yang enak untuk dimakan. Namun hal yang penting adalah: sebelum serangga bertelur di pinus, Kupu-kupu menyidik daunnya. Bila ada serangga lain yang bertelur di sanan, kupu-kupu tahu bahwa akan sulit bagi dua keluarga serangga untuk mencari makan dari daun-daun pada pohon yang sama, jadi Kupu-kupu tersebut tetapkan untuk meninggalkan tumbuhan itu dan mencari daun pohon mana yang masih tersedia.
Pohon pinus membentuk tonjolan hijau pada permukaan daunnya. Dan beberapa jenisnya menghasilkan bintik-bintik yang mirip telur kupu-kupu di bawah daunnya pada titik di mana cabang-cabang bertemu. Saat ulat dan kupu-kupu melihat ini, ulat dan kupu-kupu berpikir bahwa serangga lain telah lebih dahulu bertelur di daun tersebut. Ulat dan kupu-kupu tidak bertelur di pohon itu, tetapi pergi mencari pohon yang lain.”
“Sistem pertahanan yang luar biasa!” kata Karim, terkesan.
“Ya, Karim,” Kakek Hassan mengambil kesimpulan: “Allah-lah dengan pengetahuan-Nya yang tertinggi Yang telah mengajarkan pohon ini bagaimana melindungi dirinya. Jangan pernah lupakan itu, ya?”
Bagaimana sobat ? bermanfaat tidak? ini ialah Cerita dari Harun Yahya yang saya kutip dari karya-karya beliau, saya bagikan disini alasannya saya merasa hal ini sangat bermanfaat. masih banyak karya-karya dia di blog ini silakan di explorisasi, oh iya untuk yang ingin lebih bersahabat dengan dia silahkan ke sumbernya, berikut Harun Yahya
Karim dengan bangga menerimanya maka pergilah mereka. Mereka pun meninggalkan kota, dan Karim sangat menikmati perjalanan kejutan ini.
“Udaranya sangat luar biasa,” dia bernafas dalam-dalam. “Hari ini kita mengisi paru-paru kita dengan udara sejuk ini. Karim berharap udara selalu mirip ini di dalam kota.”
“Itu akan sedikit sulit, Karim,” jawab kakeknya, “karena buangan mobil, asap dari cerobong, terlebih di trend dingin, dan langkanya pepohonan dan tumbuhan mencegah udara di kota dari menjadi bersih.”
Karim merenung sejenak: “Karim mengerti mengenai asap, tapi Karim belum begitu mengerti apa kaitannya tumbuhan dengan ini. Pohon gunanya untuk menghasilkan buah dan memperindah kota, bukan?”
“Ya,” jawab Kakek Hassan, “Pohon sanggup melaksanakan itu semua; namun mungkin yang terpenting adalah, pohon juga membersihkan udara. Pohon bernafas dengan cara yang sebaliknya dari makhluk hidup lainnya. Manusia dan binatang mengambil oksigen dari udara, dan sehabis menggunakannya dalam badan mereka, mereka menghembuskan udara yang telah digunakan sebagai karbon dioksida. Namun tumbuhan melaksanakan hal yang sebaliknya: tumbuhan mengambil karbon dioksida dan melepaskan oksigen, yang dengan demikian tumbuhan membersihkan udara. Ada sifat mengagumkan lainnya dari tumbuhan, Karim, dan Allah-lah, Yang Mahabijaksana, Yang telah membuat semgalanya. Bila kau mau, kakek bisa menceritakan apa yang kakek ketahui mengenai tumbuhan.”
“Ya, silakan, Kakek; Karim ingin mendengarnya!” jerit Karim dengan gembira.
Kakek Hassan mengambil nafas dalam-dalam dan memulai, “Tumbuhan bernafas dalam sebuah proses yang disebut fotosintesis.”
“Apakah fotosintesis itu?” Karim memotong pembicaraan.
“Kakek akan mencoba menjelaskannya kepadamu,” kata kakeknya, “tapi itu tidak akan gampang alasannya sangat sulit dan rumit. Bahkan para ilmuwan masih mencoba untuk memahami proses ini sepenuhnya.”
Karim berpikir sejenak: “Jadi, tumbuhan bertahan hidup melalui sebuah proses yang para ilmuwan sedang mencoba memahaminya. Saat kakek menyebut ‘proses’ Karim berpikir mengenai operasi matematika dan rumus-rumus. Bahkan kami menganggap terkadang matematika sulit untuk dipelajari, namun tumbuhan, yang tidak mempunyai pikiran atau badan mirip yang kita miliki, sanggup melakukannya. Ini sebuah keajaiban!”
Kakek Hassan tersenyum: “Ya, itu benar-benar sebuah keajaiban. Dari semenjak tumbuhan diciptakan, tumbuhan telah melaksanakan proses ini tanpa masalah. Di mana saja tumbuhan hijau berada, itu artinya di sana terdapat sebuah pabrik yang menghasilkan gula dari karbon dioksida dan air dengan memakai tenaga matahari. Walaupun kurang kita perhatikan, bayam yang kita makan, sayuran kol dalam selada kita dan bunga ivy di rumah kita selalu dalam acara yang menghasilkan untuk kita. Ini ialah hasil dari kasih sayang Allah Yang Mahakuasa, dengan pengetahuan-Nya yang mahatinggi, miliki untuk manusia. Dia telah membuat tumbuhan demi kepentingan insan dan seluruh hewan. Proses yang tanpa cacat ini, yang bahkan teknologi masa sekarang pun tidak sanggup memahami sepenuhnya, telah digunakan oleh dedaunan selama jutaan tahun. Dalam Al Qur'an, Allah memberitahukan kita bahwa seorang insan tidak sanggup membuat sebuah pohon pun dari ketiadaan:
Atau siapakah yang telah membuat langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, kemudian Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kau sekali-kali tidak bisa menumbuhkan pohon-pohonnya?… (QS. an-Naml, 27:60)
Karim terkagum-kagum dengan tumbuhan yang sanggup bernafas melalui proses kimia istimewa yang disebut fotosintesis ini.
“Jadi, bagaimana proses ini terjadi?,” dia ingin tahu. Sementara dia sedang memikirkan mengenai hal ini, kakeknya melanjutkan ceritanya: “Dengan memakai tanah, udara dan matahari, sel tumbuhan yang tidak mempunyai kesadaran mengambil sejumlah mineral dan air dari dalam tanah dan menghasilkan masakan untuk manusia. Dengan tenaga yang tumbuhan ambil dari matahari, tumbuhan mengurai bahan-bahan ini dan kemudian mengumpulkannya kembali untuk menghasilkan makanan. Ini hanyalah garis besar dari proses tersebut, namun dalam tiap tahapan kau akan sanggup melihat bahwa terdapat sebuah rencana yang sengaja dan pintar. Jelaslah bahwa tujuan dari sistem operasi yang menakjubkan ini ialah untuk menyediakan sumber kehidupan yang dirancang demi kepentingan manusia.”
“Jadi, apakah yang dilakukan oleh daun?” tanya Karim.
Kakek Hassan melanjutkan: “Kamu tahu mikroskop yang kau miliki di laboratorium sekolah untuk meniliti banyak hal?… ketahuilah, jikalau kita akan meneliti sehelai daun dari bersahabat di bawah sebuah mikroskop yang sangat canggih, kita akan sekali lagi melihat kedahsyatan karya seni kreatif Allah. Terdapat sebuah sistem produksi tepat dalam tiap-tiap daun. Untuk memahami sistem ini secara lebih baik, kita sanggup membandingkan apa yang terjadi dalam daun dengan perabotan yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita memperbesar unsur-unsur dalam sehelai daun, kita melihat sebuah pabrik masakan yang berproduksi secara otomatis dan teratur dengan pipa-pipa yang bekerja terus-menerus, ruangan yang dibangun untuk proses khusus, katup yang bekerja mirip kuali masak bertekanan tinggi dan tombol yang tak terhitung jumlahnya sedang mengendalikan ribuan proses. Dan jikalau kita melihat secara lebih teliti, kita melihat penghitung waktu, pengukur suhu, pengatur kelembaban, tata cara pengendalian panas dan sistem umpan balik yang diletakkan pada titik-titik tertentu.”
Karim berpikir sejenak: “Menakjubkan sekali bahwa semua itu terjadi dalam sehelai daun kecil dan bekerja tanpa masalah.”
“Allah lah, Karim, Yang memasukkan dan merancang sistem luar biasa ini,” Kakek Hassan mengingatkan cucunya. “Dengan izin Allah, setiap daun di dunia telah mempunyai sistem luar biasa ini. Jangan hingga kau lupakan itu.”
Sambil mendengarkan Kakek Hassan, Karim melihat sebuah pohon yang sangat besar, dan sebuah duduk masalah muncul untuknya. Dia mulai bertanya-tanya bagaimana sebuah pohon sanggup bertahan hidup tanpa menuntaskan duduk masalah itu. Dia segera bertanya kepada kakeknya: “Kakek, pohon sangatlah tinggi. Bagaimana pohon mengambil air dan masakan dari dalam tanah? Lihatlah pohon itu! Tinggi sekali, tapi daun di puncaknya tetap sangat hijau.”
Kakek Hassan mengangguk: “Ingatkah kamu? Beberapa waktu kemudian Kakek membandingkan daun dengan pabrik; marilah kita membuat perbandingan yang sama lagi. Pikirkanlah sebuah jalur pipa dengan pembungkus mirip jaring-jaring di seluruh bagiannya; jalur pipa tersebut memastikan bahwa materi mentah hingga ke unit-unit produksi dan produk yang dihasilkan dari unit-unit ini disalurkan dalam cairan mirip sirup yang dihasilkan di dalam daun ke kawasan lain sehingga seluruh cuilan dalam pohon mendapatkan makanan. Saluran ini diperuntukkan tidak hanya untuk mengangkut cairan penting ini; terusan ini juga membangun sistem rangka pohon dan daunnya. Dalam bangunan yang dibangun manusia, unsur yang menahan bangunan supaya tetap tegak (besi beton dan penopang) dan sistem pengairan dibangun secara terpisah. Merupakan rancangan yang menakjubkan bahwa, dalam hal tumbuhan, kedua hal tersebut terjadi pada tempat dan ketika yang bersamaan.”
Karim berpikir: “Ini merupakan sistem yang menakjubkan. Karim ingin tahu… ini bagaikan ada kalender atau jam yang tersembunyi di dalam tumbuhan sehingga tumbuhan sanggup melakuka hal yang sama setiap ketika tanpa kebingungan. Misalnya, setiap trend semi bunga bermekaran dan setiap trend gugur, daun berjatuhan dari pohon. Bagaimana itu bisa terjadi, Kakek?”
“Ilmuwan menyebut ini jam biologis,” kakeknya menjelaskan. “Jam yang membuat pembiasaan waktu untuk tumbuhan menghitung hingga seberapa usang cahaya matahari jatuh ke daun. Jam biologis ini menghitung rentang waktu secara berbeda-beda untuk tiap tumbuhan. Misalnya, sebagai hasil dari percobaan yang dilakukan pada kacang kedelai, kita tahu bahwa tumbuhan mekar setiap tahun pada waktu yang bersamaan, tak peduli kapan pun tumbuhan tersebut ditanam. Pastilah Allah Yang membuat pembiasaan waktu dalam tumbuh-tumbuhan.”
Kakek Hassan dan cucunya berhenti di perkebunan di tepi jalan. Setelah mendapat izin dari pemiliknya, mereka mengambil beberapa plum, mencucinya dengan cermat dan mulai memakannya. Plum itu sangat lezat. Kakek Hassan berkata, “Tahukah kamu, Karim, bahwa tenaga yang tumbuhan berikan kepada kita sesungguhnya berasal dari matahari?”
Karim terkejut: “Bagaimana maksud kakek?” dia bertanya, “Saat kita memakan plum ini, apakah kita sesungguhnya sedang memakan matahari?”
Kakek Hassan tersenyum: “Sebenarnya kita memakan matahari, tetapi secara tidak langsung. Kita semua tahu bahwa sumber tenaga utama di bumi ialah matahari. Namun insan dan binatang tidak memakai tenaga ini secara langsung, alasannya kita tidak mempunyai sistem yang tepat. Kamu tahu bagaimana kita menggunakannya? Manusia dan binatang hanya sanggup memperoleh tenaga yang siap guna dari zat masakan yang dihasilkan tumbuhan. Tenaga yang kita gunakan sesungguhnya ialah tenaga matahari yang diberikan kepada kita oleh tumbuhan. Misalnya, ketika kita menghirup teh kita sesungguhnya menghirup tenaga dari matahari; ketika kita mengunyah sepotong roti, sesungguhnya terdapat potongan energi matahari di sela-sela gigi kita. Kekuatan dalam otot kita sesungguhnya ialah bentuk lain dari tenaga matahari. Karena tenaga ini, kau sanggup berlari dan bermain, Kaprikornus bagaimana tumbuhan mengatur ini? Tumbuhan melaksanakan beberapa acara rumit supaya sanggup memperlihatkan tenaga matahari untuk kita. Apa yang membuat tumbuhan menghasilkan masakan mereka sendiri dan memisahkan tumbuhan dari makhluk hidup lainnya ialah bahwa sel tumbuhan berbeda dari sel insan dan hewan; tumbuhan mempunyai susunan dalam selnya yang membuat tumbuhan bisa memakai tenaga matahari secara langsung. Melalui proteksi susunan ini, tumbuhan mengubah tenaga matahari ke dalam bentuk yang insan dan binatang sanggup gunakan sebagai makanan, dan tumbuhan menyimpan tenaga ini dalam masakan dengan memakai rumus khusus yang tersembunyi.”
“Itu menakjubkan!” seru Karim, bergembira: “Allah telah membuat segalanya untuk kepentingan manusia!”
Kakek Hassan setuju: “Maka, kita harus memikirkan semua ini dan bersyukur kepada Allah bahwa Dia telah memperlihatkan begitu banyak nikmat. Allah berfirman kepada kita dalam Al Qur'an bahwa kita harus bersyukur kepada-Nya:
supaya mereka sanggup makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (QS. Ya Sin, 36:35)
Pelajaran kesukaan Karim ialah Ilmu Pasti. Tiba-tiba, sebuah percobaan yang mereka lakukan di sekolah terlintas ke dalam benaknya. Dia berpaling kepada kakeknya dan berkata: “Kakek, kami melaksanakan percobaan di sekolah suatu hari. Guru kami memperlihatkan pekerjaan rumah untuk dikerjakan. Kami meletakkan sebutir kacang di dalam sehelai kapas, menempatkannya di tempat terang dan memperlihatkan air untuk beberapa hari. Tebak apa yang terjadi!”
Kakek Hassan tersenyum lagi: “Kacang tersebut mengeluarkan tunas, kan? Mari kita pikirkan itu. Itu memperlihatkan kepadamu bencana alam yang paling mendasar; yang sesungguhnya ialah sebuah keajaiban. Kamu pernah melihat seekor kelinci ditarik keluar dari sebuah topi kosong dalam pertunjukan sulap, kan?; hal itu hampir sama dengan tumbuhan yang bertunas dalam sehelai kapas atau dalam tanah. Dalam pertunjukan sulap, bagaimanapun, mata kita ditipu, namun tumbuhan yang muncul dari sebuah benih kecil tidaklah menipu siapa pun. Dengan keajaiban semacam ini, Allah, Yang Mahatahu, membuat tumbuhan dari benih kecil dan memperlihatkan kepada kita dengan terang bahwa tidak ada makhluk hidup yang ada alasannya ketidaksengajaan. Mereka yang berkata bahwa makhluk hidup muncul ke dalam kehidupan menurut ketidaksengajaan ialah menipu diri mereka sendiri, bukan begitu, Karim?”
“Ya, Kakek,” Karim oke dengan gembira.
Kakek Hassan melanjutkan: “Bagian dari tumbuhan yang bertunas dari benih yang kecil menghujam ke dalam tanah dan cuilan lain tumbuh ke atas. Tanah cukup keras dan terkemas dengan ketat dan sangat sulit untuk tumbuh ke dua arah. Tunas benih kecil ini tidak mempunyai kecerdasan dan kesadaran mirip kita, jadi sungguh merupakan keajaiban bagaimana benih tersebut melakukannya.”
“Coba pikirkan apa yang terjadi bila kita menaruh benih di dalam tanah namun tidak bertunas,” tangis Karim.
“Maka kita semua akan mengalami duduk masalah besar dalam mencari masakan untuk dimakan. Dan jikalau insan dan binatang tidak sanggup menemukan sesuatu untuk dimakan, mereka perlahan-lahan akan mati.”
Kakek Hassan menganggukkan kepala: “Allah memperingatkan kita dalam Al Qur'an, Karim:
Maka terangkanlah kepadaku ihwal yang kau tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kau heran dan tercengang. (QS. al-Waaqi’ah, 56:63-65).”
Saat mereka berjalan, Karim mulai memikirkan apa yang kakeknya telah sampaikan kepadanya. Dia menceritakan kakeknya apa yang sedang dia pikirkan: “Tumbuhan sangat penting untuk kelangsungan hidup kita, Kakek. Tumbuhan sanggup membersihkan udara yang kita hirup, tumbuhan memperlihatkan kita masakan dan tenaga, tumbuhan menyediakan buah-buahan dan sayuran yang enak untuk kita dan membuat semua tempat menjadi indah. Coba lihat. Lihatlah berapa banyak pohon, bunga, buah dan padi-padian yang berbeda!”
“Terdapat nikmat lain yang kau lupakan,” kata kakeknya. “Nikmat itu tiba dari tumbuhan, dan Allah berfirman kepada kita dalam Al Qur'an:
yaitu Tuhan yang mengakibatkan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kau nyalakan (api) dari kayu itu". (QS. Ya Sin, 36:80)
“Benar, bagaimana Karim sanggup lupa?” tanya Karim. “Kita memperabukan kayu dari pepohonan untuk menghangatkan tubuh. Bahan mentah untuk buku, buku tulis, surat kabar dan semua jensi kertas berasal dari pohon; mirip halnya juga korek api untuk membuat api, bangku berlengan yang kita duduki, meja kita, pintu, jendela…”
Kakek Hassan oke sepenuhnya: “Terlepas dari kegunaan tumbuhan, tumbuhan juga mempunyai sifat lain. Pohon Pinus yang tumbuh di Amerika tengah dan selatan menarik dan menyediakan masakan yang cocok bagi ulat hijau dan hitam dan kupu-kupu merah. Serangga ini bertelur di pohon pinus sehingga pada ketika menetas, serangga dari telur-telur tersebut akan mempunyai masakan yang enak untuk dimakan. Namun hal yang penting adalah: sebelum serangga bertelur di pinus, Kupu-kupu menyidik daunnya. Bila ada serangga lain yang bertelur di sanan, kupu-kupu tahu bahwa akan sulit bagi dua keluarga serangga untuk mencari makan dari daun-daun pada pohon yang sama, jadi Kupu-kupu tersebut tetapkan untuk meninggalkan tumbuhan itu dan mencari daun pohon mana yang masih tersedia.
Pohon pinus membentuk tonjolan hijau pada permukaan daunnya. Dan beberapa jenisnya menghasilkan bintik-bintik yang mirip telur kupu-kupu di bawah daunnya pada titik di mana cabang-cabang bertemu. Saat ulat dan kupu-kupu melihat ini, ulat dan kupu-kupu berpikir bahwa serangga lain telah lebih dahulu bertelur di daun tersebut. Ulat dan kupu-kupu tidak bertelur di pohon itu, tetapi pergi mencari pohon yang lain.”
“Sistem pertahanan yang luar biasa!” kata Karim, terkesan.
“Ya, Karim,” Kakek Hassan mengambil kesimpulan: “Allah-lah dengan pengetahuan-Nya yang tertinggi Yang telah mengajarkan pohon ini bagaimana melindungi dirinya. Jangan pernah lupakan itu, ya?”
Bagaimana sobat ? bermanfaat tidak? ini ialah Cerita dari Harun Yahya yang saya kutip dari karya-karya beliau, saya bagikan disini alasannya saya merasa hal ini sangat bermanfaat. masih banyak karya-karya dia di blog ini silakan di explorisasi, oh iya untuk yang ingin lebih bersahabat dengan dia silahkan ke sumbernya, berikut Harun Yahya