Cerita Saibs Untuk Anak - Anwar Dan Sang Burung Kecil
Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang membuatkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (QS. al-Mulk, 67:19)
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat gejala (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (QS. an-Nahl, 16:79)
Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, beliau bertanya kepada ibunya apakah beliau boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di jalanan dengan menggunakan payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan diri mereka ke bangunan. Tak usang kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang berlarian dari pemberhentian supaya tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa menyenangkannya berada di dalam rumah dan beliau harus lebih bersyukur kepada Allah Yang telah memberinya kuliner dan rumah yang hangat untuk tinggal. Pada ketika itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar berpikir bahwa burung malang itu niscaya sedang mencari tempat berteduh dari hujan, dan beliau segera membuka jendela.
“Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk jika kau mau.”
“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam hingga hujan reda.”
“Kamu niscaya kedinginan di luar sana,” Anwar ikut mencicipi “Aku belum pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu! Bagaimana kakimu sanggup menahan badanmu hingga tegak?”
“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung mempunyai kaki yang tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut bisa menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”
“Terbang niscaya rasanya sangat menakjubkan,” pikir Anwar. “sayapmu terlalu tipis, juga, namun kalian masih sanggup terbang dengannya. Jadi, bagaimana kau sanggup terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”
“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga alasannya yaitu kami harus mendukung berat tubuh kami pada sayap kami yang tipis,” mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, alasannya yaitu kami menghabiskan lebih sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami sanggup terbang dalam jarak yang sangat jauh.”
Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kau sanggup melihat sekelilingmu ketika sedang terbang?”
Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami yaitu mata kami. Selain menunjukkan kemampuan untuk terbang, Allah juga menunjukkan kami indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak mempunyai indera penglihatan bersamaan dengan kemampuan gila kami untuk bisa terbang, hal itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami sanggup melihat benda yang sangat jauh dengan lebih terang daripada manusia, dan kami mempunyai jangkauan penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat ancaman di depan, kami sanggup menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak sanggup memutar mata kami ibarat insan alasannya yaitu mata kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami sanggup menggerakkan kepala kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”
Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung ibarat itu?”
“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya mempunyai mata yang sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata mereka, mereka sanggup melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu sanggup melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga jenis burung yang disebut burung air; Allah membuat mereka supaya mereka dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah membuat kemampuan ini dalam burung-burung ini supaya mereka sanggup melihat dengan terang di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”
“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar bertanya.
“Allah membuat banyak sekali jenis paruh yang berbeda untuk burung yang berbeda untuk melaksanakan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya. “Paruh kau sesuai dengan tepat terhadap lingkungan di mana kami tinggal. Ulat dan cacing sangat enak bagi kami para burung pemangsa serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami sanggup dengan gampang mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan biasanya mempunyai paruh yang panjang dengan bentuk ibarat sendok pada ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari flora mempunyai paruh yang membuat mereka sanggup makan dengan gampang dari jenis flora yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan tepat untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang beliau butuhkan.”
Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai indera pendengaran ibarat yang saya punya, namun kau masih sanggup mendengarkan saya dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”
“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya kemungkinan ancaman sehingga kami sanggup melindungi diri kami. Sebagian burung mempunyai gendang pendengaran yang membuat mereka bisa mendengar bunyi yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara. Burung Hantu sanggup mendengar tingkat bunyi yang tidak sanggup didengar manusia,” sang jelatik memberitahukannya.
Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu. Aku bahagia mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan bunyi kalian?”
Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami mempunyai kicauan yang berbeda untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang itu, sehingga kami sanggup melindungi sarang kami.”
“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?” Anwar ingin tahu.
“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di tempat tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi terusan dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya yaitu membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”
“Bagaimanakah sebagian burung sanggup berenang dalam air? dan mengapa tidak semua burung sanggup berenang?” Anwar bertanya pada temannya.
Sang jelatik menjawab: “Allah telah membuat sebagian dari kami dengan kemampuan untuk berenang. Dia telah menunjukkan mereka kaki berselaput jala supaya mereka bisa berenang ketika masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami mempunyai jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak sanggup berenang.”
“Sama ibarat sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat saya berenang dengan menggunakan sepatu renang, saya sanggup berenang dengan jauh lebih cepat.”
“Ada beberapa burung yang telah mempunyai sepatu renang ini semenjak lahir,” kata sang burung.
Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada ketika bersamaan, hujan pun telah reda.
Anwar berkata pada temannya: “Sekarang saya harus masuk ke kamarku dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok saya akan bercerita kepada teman-temanku wacana kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah membuat kau dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang sedemikian sempurna.”
“Hujan telah reda, jadi saya sanggup kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik. “Terima kasih telah membawa saya masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu wacana kami, Bisakah kau sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada kami dan jangan melemparkan kerikil kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”
“Ya, tentu saja saya akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju. “Semoga Allah melindungimu.”
Anwar membuka jendela dan sang burung segera terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Ibunya telah memenuhi keranjang dengan wortel, kesukaan Ali. Langsung saja, Ali duduk di bawah pohon. Dia membaca buku dan memakan wortel. Dia melihat seekor kelinci mendekati keranjang. Ali duduk perlahan, mencoba untuk tidak menakuti sang kelinci kecil.
“Kamu niscaya lapar, kelinci kecil,” katanya.
“Memang benar. Aku sangat suka wortel,” sang kelinci setuju.
“Mari,” kata Ali: “Ayo makan wortel-wortel ini bahu-membahu dan berbincang-bincang. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan kepadamu…”
Sang kelinci mulai berbicara: Kami para kelinci tinggal di sarang yang disebut lubang kelinci, yang kami gali di bawah tanah. Dan wortel sangat cocok dengan kehidupan kami di bawah tanah alasannya yaitu mereka tumbuh di dalam tanah. Makara kami sanggup menemukannya dengan mudah. Wortel yaitu kuliner kesukaan kami, dan Allah telah membuat wortel sedemikian sehingga kami tidak kesulitan menemukannya. Karena Allah menghendaki ibarat ini, kami tidak mempunyai persoalan dalam mencari makanan. Ini yaitu salh satu keajaiban ciptaan-Nya.”
Ali berpikir betapa Allah telah membuat segalanya dengan cara yang tepat untuk dipakai para hewan. Dia teringat akan jeruk yang beliau makan di ekspresi dominan dingin. Dia mengagumi bagaimana jeruk itu dikupas dari kulitnya dalam bentuk terpotong-potong sehingga beliau sanggup dengan meudah memakannya. Apabila jeruk itu tercipta dalam bentuk yang berbeda, pikirnya, mungkin akan sulit dimakan. Jeruk mengandung banyak Vitamin C, yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, dan Ali bersyukur kepada Allah Yang membuat jeruk dalam keadaan siap terpotong dan dikemas sedemikian rupa sehingga orang gampang memakannya. Dan, tentu saja, merupakan nikmat lainnya bahwa kita mempunyai gigi untuk memakan jeruk. Allah juga menunjukkan kelinci gigi depan untuk memotong wortel dengannya.
“Baiklah,” kata Ali, “Kemampuan istimewa apa lagi yang telah diberikan Allah Yang Mahakuasa kepadamu?”
Sang kelinci menjawab: “Allah telah menunjukkan setiap makhluk kemampuan untuk mempermudah hidupnya. Ada banyak jenis kelinci dengan kemampuan yang berbeda-beda di dunia. Misalnya, kelinci yang tinggal di tempat hambar biasanya berbulu putih, supaya mereka sulit untuk dilihat dan sanggup bersembunyi dengan mudah. Kelinci liar ibarat saya mempunyai kaki dan indera pendengaran yang lebih panjang. Kelinci yang tinggal di gurun pasir Amerika mempunyai indera pendengaran yang besar. Telinga itu membantu kelinci untuk mendinginkan tubuh di panasnya gurun.”
Ali mengangguk: “Setiap orang tahu dongeng mengenai kau dan kura-kura. Kamu pelari yang cepat, bukan?”
“Ya,” sang kelinci mengangguk. “Kaki belakangku lebih panjang dan lebih berpengaruh dari kaki depanku. Makara saya sanggup berlari secepat 40 hingga 45 mil per jam (60 km/jam dan 70 km/jam) dan terkadang melompat sejauh 20 kaki (6 meter) dalam sekali lompatan.”
“Jadi, bagaimana kau menemukan rumah bawah tanahmu. Dan ketika kau tidak di sana, adakah kelinci lain yang menempatinya?” Ali ingin tahu.
“Beberapa binatang menandai rumah mereka dengan aroma bau,” sahabat barunya menjelaskan. “Misalnya, rusa kecil Afrika meninggalkan zat yang dihasilkan dari kelenjar di bawah mata mereka. Bau dari zat ini menandai wilayah tempat tinggal mereka. Kami mempunyai kelenjar di taring kami dan kami menandai rumah kami dengan busuk dari kelenjar tersebut. Makara kelinci lain tidak menempatinya dan kami sanggup menemukan rumah kami dengan mudah. Tentu saja, ini bukanlah hal yang kami lakukan dengan sendirinya, namun melalui tuntunan Allah.”
“Apakah kau mempunyai saudara pria dan perempuan?” tanya Ali.
“Kami para kelinci berkembang biak dengan sangat cepat,” jawab temannya. “Induk kelinci hamil dalam waktu yang sangat singkat, sekitar 28-33 hari. Induk kelinci melahirkan bayi kelinci yang banyak dalam sekali waktu. Sebagai contohnya, saya mempunyai 15 saudara… kelinci muda tinggal bersama induknya dalam waktu sekitar satu bulan. Dan kelinci mempunyai sifat lain: kelinci sanggup kawin 3-4 hari sesudah dilahirkan.”
Pada ketika itu, ayah Ali tiba dan bergabung dalam percakapan mereka.
“Aku bahkan tidak mengetahu semua ini, kelinci kecil,” katanya: “Semoga Allah menunjukkan kebaikan kepadamu. Betapa mengagumkannya Dia telah membuat seluruh jagat raya dan segalanya dan setiap makhluk di dalamnya. Dalam Al Qur'an Allah Yang Mahakuasa berfirman:
(Yang mempunyai sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia yaitu Pemelihara segala sesuatu. (QS. al-An’am, 6:102)
Dia telah menunjukkan kita semua nikmat yang kita miliki supaya kita bersyukur kepada-Nya dan mendapat pertolongannya di kehidupan dunia ini di mana kita mengalami ujian yang mempersiapkan kita untuk kehidupan yang abadi. Kamu tahu bahwa Allah berfirman kepada kita dalam Al Qur'an bahwa beliau telah membuat kita hanya untuk menyembah-Nya. Hal terbaik yang sanggup kita lakukan yaitu bersyukur atas semua nikmat, mengatur kehidupan kitas sesuai dengan Al Qur'an dan hidup untuk Allah. Allah berfiman dalam Al Qur'an:
Dan bersabarlah kau bahu-membahu dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan pemanis dunia ini; dan janganlah kau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan yaitu keadaannya itu melewati batas. (QS. al-Kahfi, 18:28)
“Ayah,” tanya Ali: “Kalau ayah coba lihat ke sekiling kita dan memikirkannya, ada begitu banyak yang harus disyukuri, bukan? Pohon yang kita lihat setiap hari, burung yang terbang, kelinci kecil… jika ayah melihat itu semua dengan seksama, ayah melihat rancangan tepat pada setiap ciptaan tersebut. Dan hanya daya kreasi yang tepat dari Allah Yang Mahakuasa yang sanggup melakukannya, bukan? Bila tidak, bagaimana mungkin seekor kelinci menjadi cukup arif untuk mendapat semua keterampilan ini dengan dirinya sendiri?”
“Kamu benar, Ali,” jawab sang kelinci: “Kalau Allah tidak menunjukkan kami semua kemampuan kami ketika Dia membuat kami, tidak satupun dari kami mempunyai kemampuan untuk mendapat itu semua dengan sendirinya.”
Ayah Ali menambahkan: “Ali, manis sekali kita melaksanakan piknik ini. Awalnya kau tidak mau pergi bersama kami, namun kemudian kau berkenalan dengan kelinci kecil ini dan perbincangan kau telah membuatmu memikirkan beberapa hal.”
“Ayah benar,” Ali setuju. “Perbincangan kita telah membantu saya untuk melihat Allah dalam setiap hal. Terima kasih, kelinci kecil, saya harus pergi dengan ayahku sekarang. Aku akan menanyakan ibuku apakah kami masih mempunyai wortel lagi, bila iya, akan saya bawakan untukmu. Sampai jumpa lagi, selamat tinggal.”
“Terima kasih, Ali,” kata sang kelinci kecil. “Semoga Allah memberkatimu.”
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat gejala (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kau dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat gejala (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (QS. al-Jathiyya, 45:3-4)
Judul : Anwar dan Sang Burung Kecil
Penulis : Harun Yahya
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat gejala (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (QS. an-Nahl, 16:79)
Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, beliau bertanya kepada ibunya apakah beliau boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di jalanan dengan menggunakan payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan diri mereka ke bangunan. Tak usang kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang berlarian dari pemberhentian supaya tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa menyenangkannya berada di dalam rumah dan beliau harus lebih bersyukur kepada Allah Yang telah memberinya kuliner dan rumah yang hangat untuk tinggal. Pada ketika itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar berpikir bahwa burung malang itu niscaya sedang mencari tempat berteduh dari hujan, dan beliau segera membuka jendela.
“Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk jika kau mau.”
“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam hingga hujan reda.”
“Kamu niscaya kedinginan di luar sana,” Anwar ikut mencicipi “Aku belum pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu! Bagaimana kakimu sanggup menahan badanmu hingga tegak?”
“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung mempunyai kaki yang tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut bisa menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”
“Terbang niscaya rasanya sangat menakjubkan,” pikir Anwar. “sayapmu terlalu tipis, juga, namun kalian masih sanggup terbang dengannya. Jadi, bagaimana kau sanggup terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”
“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga alasannya yaitu kami harus mendukung berat tubuh kami pada sayap kami yang tipis,” mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, alasannya yaitu kami menghabiskan lebih sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami sanggup terbang dalam jarak yang sangat jauh.”
Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kau sanggup melihat sekelilingmu ketika sedang terbang?”
Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami yaitu mata kami. Selain menunjukkan kemampuan untuk terbang, Allah juga menunjukkan kami indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak mempunyai indera penglihatan bersamaan dengan kemampuan gila kami untuk bisa terbang, hal itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami sanggup melihat benda yang sangat jauh dengan lebih terang daripada manusia, dan kami mempunyai jangkauan penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat ancaman di depan, kami sanggup menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak sanggup memutar mata kami ibarat insan alasannya yaitu mata kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami sanggup menggerakkan kepala kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”
Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung ibarat itu?”
“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya mempunyai mata yang sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata mereka, mereka sanggup melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu sanggup melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga jenis burung yang disebut burung air; Allah membuat mereka supaya mereka dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah membuat kemampuan ini dalam burung-burung ini supaya mereka sanggup melihat dengan terang di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”
“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar bertanya.
“Allah membuat banyak sekali jenis paruh yang berbeda untuk burung yang berbeda untuk melaksanakan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya. “Paruh kau sesuai dengan tepat terhadap lingkungan di mana kami tinggal. Ulat dan cacing sangat enak bagi kami para burung pemangsa serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami sanggup dengan gampang mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan biasanya mempunyai paruh yang panjang dengan bentuk ibarat sendok pada ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari flora mempunyai paruh yang membuat mereka sanggup makan dengan gampang dari jenis flora yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan tepat untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang beliau butuhkan.”
Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai indera pendengaran ibarat yang saya punya, namun kau masih sanggup mendengarkan saya dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”
“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya kemungkinan ancaman sehingga kami sanggup melindungi diri kami. Sebagian burung mempunyai gendang pendengaran yang membuat mereka bisa mendengar bunyi yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara. Burung Hantu sanggup mendengar tingkat bunyi yang tidak sanggup didengar manusia,” sang jelatik memberitahukannya.
Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu. Aku bahagia mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan bunyi kalian?”
Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami mempunyai kicauan yang berbeda untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang itu, sehingga kami sanggup melindungi sarang kami.”
“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?” Anwar ingin tahu.
“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di tempat tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi terusan dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya yaitu membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”
“Bagaimanakah sebagian burung sanggup berenang dalam air? dan mengapa tidak semua burung sanggup berenang?” Anwar bertanya pada temannya.
Sang jelatik menjawab: “Allah telah membuat sebagian dari kami dengan kemampuan untuk berenang. Dia telah menunjukkan mereka kaki berselaput jala supaya mereka bisa berenang ketika masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami mempunyai jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak sanggup berenang.”
“Sama ibarat sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat saya berenang dengan menggunakan sepatu renang, saya sanggup berenang dengan jauh lebih cepat.”
“Ada beberapa burung yang telah mempunyai sepatu renang ini semenjak lahir,” kata sang burung.
Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada ketika bersamaan, hujan pun telah reda.
Anwar berkata pada temannya: “Sekarang saya harus masuk ke kamarku dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok saya akan bercerita kepada teman-temanku wacana kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah membuat kau dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang sedemikian sempurna.”
“Hujan telah reda, jadi saya sanggup kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik. “Terima kasih telah membawa saya masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu wacana kami, Bisakah kau sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada kami dan jangan melemparkan kerikil kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”
“Ya, tentu saja saya akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju. “Semoga Allah melindungimu.”
Anwar membuka jendela dan sang burung segera terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Teman Kecil Ali
Ali dan keluarganya pergi ke desa di pagi hari pada hari ahad untuk piknik. Ibunya mengatur perlengkapan piknik di atas tanah.Ibunya telah memenuhi keranjang dengan wortel, kesukaan Ali. Langsung saja, Ali duduk di bawah pohon. Dia membaca buku dan memakan wortel. Dia melihat seekor kelinci mendekati keranjang. Ali duduk perlahan, mencoba untuk tidak menakuti sang kelinci kecil.
“Kamu niscaya lapar, kelinci kecil,” katanya.
“Memang benar. Aku sangat suka wortel,” sang kelinci setuju.
“Mari,” kata Ali: “Ayo makan wortel-wortel ini bahu-membahu dan berbincang-bincang. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan kepadamu…”
Sang kelinci mulai berbicara: Kami para kelinci tinggal di sarang yang disebut lubang kelinci, yang kami gali di bawah tanah. Dan wortel sangat cocok dengan kehidupan kami di bawah tanah alasannya yaitu mereka tumbuh di dalam tanah. Makara kami sanggup menemukannya dengan mudah. Wortel yaitu kuliner kesukaan kami, dan Allah telah membuat wortel sedemikian sehingga kami tidak kesulitan menemukannya. Karena Allah menghendaki ibarat ini, kami tidak mempunyai persoalan dalam mencari makanan. Ini yaitu salh satu keajaiban ciptaan-Nya.”
Ali berpikir betapa Allah telah membuat segalanya dengan cara yang tepat untuk dipakai para hewan. Dia teringat akan jeruk yang beliau makan di ekspresi dominan dingin. Dia mengagumi bagaimana jeruk itu dikupas dari kulitnya dalam bentuk terpotong-potong sehingga beliau sanggup dengan meudah memakannya. Apabila jeruk itu tercipta dalam bentuk yang berbeda, pikirnya, mungkin akan sulit dimakan. Jeruk mengandung banyak Vitamin C, yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, dan Ali bersyukur kepada Allah Yang membuat jeruk dalam keadaan siap terpotong dan dikemas sedemikian rupa sehingga orang gampang memakannya. Dan, tentu saja, merupakan nikmat lainnya bahwa kita mempunyai gigi untuk memakan jeruk. Allah juga menunjukkan kelinci gigi depan untuk memotong wortel dengannya.
“Baiklah,” kata Ali, “Kemampuan istimewa apa lagi yang telah diberikan Allah Yang Mahakuasa kepadamu?”
Sang kelinci menjawab: “Allah telah menunjukkan setiap makhluk kemampuan untuk mempermudah hidupnya. Ada banyak jenis kelinci dengan kemampuan yang berbeda-beda di dunia. Misalnya, kelinci yang tinggal di tempat hambar biasanya berbulu putih, supaya mereka sulit untuk dilihat dan sanggup bersembunyi dengan mudah. Kelinci liar ibarat saya mempunyai kaki dan indera pendengaran yang lebih panjang. Kelinci yang tinggal di gurun pasir Amerika mempunyai indera pendengaran yang besar. Telinga itu membantu kelinci untuk mendinginkan tubuh di panasnya gurun.”
Ali mengangguk: “Setiap orang tahu dongeng mengenai kau dan kura-kura. Kamu pelari yang cepat, bukan?”
“Ya,” sang kelinci mengangguk. “Kaki belakangku lebih panjang dan lebih berpengaruh dari kaki depanku. Makara saya sanggup berlari secepat 40 hingga 45 mil per jam (60 km/jam dan 70 km/jam) dan terkadang melompat sejauh 20 kaki (6 meter) dalam sekali lompatan.”
“Jadi, bagaimana kau menemukan rumah bawah tanahmu. Dan ketika kau tidak di sana, adakah kelinci lain yang menempatinya?” Ali ingin tahu.
“Beberapa binatang menandai rumah mereka dengan aroma bau,” sahabat barunya menjelaskan. “Misalnya, rusa kecil Afrika meninggalkan zat yang dihasilkan dari kelenjar di bawah mata mereka. Bau dari zat ini menandai wilayah tempat tinggal mereka. Kami mempunyai kelenjar di taring kami dan kami menandai rumah kami dengan busuk dari kelenjar tersebut. Makara kelinci lain tidak menempatinya dan kami sanggup menemukan rumah kami dengan mudah. Tentu saja, ini bukanlah hal yang kami lakukan dengan sendirinya, namun melalui tuntunan Allah.”
“Apakah kau mempunyai saudara pria dan perempuan?” tanya Ali.
“Kami para kelinci berkembang biak dengan sangat cepat,” jawab temannya. “Induk kelinci hamil dalam waktu yang sangat singkat, sekitar 28-33 hari. Induk kelinci melahirkan bayi kelinci yang banyak dalam sekali waktu. Sebagai contohnya, saya mempunyai 15 saudara… kelinci muda tinggal bersama induknya dalam waktu sekitar satu bulan. Dan kelinci mempunyai sifat lain: kelinci sanggup kawin 3-4 hari sesudah dilahirkan.”
Pada ketika itu, ayah Ali tiba dan bergabung dalam percakapan mereka.
“Aku bahkan tidak mengetahu semua ini, kelinci kecil,” katanya: “Semoga Allah menunjukkan kebaikan kepadamu. Betapa mengagumkannya Dia telah membuat seluruh jagat raya dan segalanya dan setiap makhluk di dalamnya. Dalam Al Qur'an Allah Yang Mahakuasa berfirman:
(Yang mempunyai sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia yaitu Pemelihara segala sesuatu. (QS. al-An’am, 6:102)
Dia telah menunjukkan kita semua nikmat yang kita miliki supaya kita bersyukur kepada-Nya dan mendapat pertolongannya di kehidupan dunia ini di mana kita mengalami ujian yang mempersiapkan kita untuk kehidupan yang abadi. Kamu tahu bahwa Allah berfirman kepada kita dalam Al Qur'an bahwa beliau telah membuat kita hanya untuk menyembah-Nya. Hal terbaik yang sanggup kita lakukan yaitu bersyukur atas semua nikmat, mengatur kehidupan kitas sesuai dengan Al Qur'an dan hidup untuk Allah. Allah berfiman dalam Al Qur'an:
Dan bersabarlah kau bahu-membahu dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan pemanis dunia ini; dan janganlah kau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan yaitu keadaannya itu melewati batas. (QS. al-Kahfi, 18:28)
“Ayah,” tanya Ali: “Kalau ayah coba lihat ke sekiling kita dan memikirkannya, ada begitu banyak yang harus disyukuri, bukan? Pohon yang kita lihat setiap hari, burung yang terbang, kelinci kecil… jika ayah melihat itu semua dengan seksama, ayah melihat rancangan tepat pada setiap ciptaan tersebut. Dan hanya daya kreasi yang tepat dari Allah Yang Mahakuasa yang sanggup melakukannya, bukan? Bila tidak, bagaimana mungkin seekor kelinci menjadi cukup arif untuk mendapat semua keterampilan ini dengan dirinya sendiri?”
“Kamu benar, Ali,” jawab sang kelinci: “Kalau Allah tidak menunjukkan kami semua kemampuan kami ketika Dia membuat kami, tidak satupun dari kami mempunyai kemampuan untuk mendapat itu semua dengan sendirinya.”
Ayah Ali menambahkan: “Ali, manis sekali kita melaksanakan piknik ini. Awalnya kau tidak mau pergi bersama kami, namun kemudian kau berkenalan dengan kelinci kecil ini dan perbincangan kau telah membuatmu memikirkan beberapa hal.”
“Ayah benar,” Ali setuju. “Perbincangan kita telah membantu saya untuk melihat Allah dalam setiap hal. Terima kasih, kelinci kecil, saya harus pergi dengan ayahku sekarang. Aku akan menanyakan ibuku apakah kami masih mempunyai wortel lagi, bila iya, akan saya bawakan untukmu. Sampai jumpa lagi, selamat tinggal.”
“Terima kasih, Ali,” kata sang kelinci kecil. “Semoga Allah memberkatimu.”
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat gejala (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kau dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat gejala (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (QS. al-Jathiyya, 45:3-4)
Judul : Anwar dan Sang Burung Kecil
Penulis : Harun Yahya