Kisah Rasulullah : Awal Dakwah
Kisah Rasulullah |
Assalaumualaikum wr,wb
Pada kesempatan kali ini saya akan share kepada sobat sekalian wacana Kisah nabi kita SAW insya allah saya akan update kisah Rasulullah hingga final hayatnya tanpa banyak basa busuk pribadi saja ke TKP
Awal Dakwah
Muhammad tertidur pulas. Saat itu, Khadijah keluar rumah menemui misannya, Waraqah bin Naufal, seorang pemeluk Kristen yang saleh. Diceritakannya kejadian yang dialami Muhammad di Gua Hira. Waraqah membesarkan hati Khadijah. Ia meyakini kejadian itu ialah pengangkatan Muhammad sebagai Rasul. Sementara itu, dalam tidurnya, Muhammad kembali menggigil. Jibril tiba memberikan wahyu berikutnya. "Wahai yang berselimut.! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Agungkan Tuhanmu, sucikan pakaianmu, dan hindarkan darimu dosa. Janganlah kau memberi alasannya ingin mendapatkan lebih banyak. Demi Tuhanmu, tabahkan hatimu."
Muhammad terbangun gelisah. Khadijah terus menenteramkannya. Saat itu Muhammad, sempat gamang. Jangan-jangan yang menjumpainya bukan malaikat, melainkan setan. Dengan caranya sendiri, mereka mencoba menguji itu. Dikisahkan bahwa dikala Jibril datang, Khadijah sengaja memangku Muhammad di pahanya. Muhammad masih melihat sosok itu. Baru sehabis Khadijah menyingkap kain epilog mukanya, sosok itu menghilang dari pandangan Muhammad.
Keyakinan Muhammad menguat sehabis ia, ketika hendak mengelilingi Ka'bah, bertemu Waraqah. Saat itu Waraqah meyakinkannya. "Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Engkau ialah Nabi atas umat ini. Engkau telah mendapatkan Namus Besar menyerupai yang telah diberikan pada Musa. Kau niscaya akan didustakan orang, disiksa, diusir dan diperangi. Kalau hingga waktu itu saya masih hidup, niscaya saya akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaaan yang sudah diketahuinya." Untuk beberapa lama, malaikat tak lagi datang. Muhammad teramat gundah. Ia khawatir Tuhan meninggalkannya atau malah membencinya. Kabarnya, ia sempat berpikir untuk menjatuhkan diri dari Gua Hira atau dari puncak bukit Abu Qubais. Tapi tidak. Di tengah kegelisahannya, turunlah firman yang menegaskan bahwa "Tuhanmu tidak meninggalkanmu, juga tidak membenci" dalam rangkaian ayat yanh dikenal sebagai surat Adh-Dhuha.
Muhammad kemudian diajari cara salat. Ia selalu mempraktekkannya bersama Khadijah. Ali kecil yang tinggal bersama mereka pun ikut serta. Demikian pula Zaid bin Haritsah. Zaid ialah belum dewasa yang diculik dari keluarganya dan dijual sebagai budak. Keluarga Muhammad membelinya, kemudian mengangkatnya sebagai anak, sehingga sempat disebut Zaid bin Muhammad.
Merekalah orang-orang pertama yang meninggalkan berhala untuk menyembah hanya pada Allah. Sama menyerupai Isa, Musa, Ibrahim dan para Nabi lain. Kabar itu hingga pada Abu Bakar -sahabat Muhammad pemuka Kaum Taim. Abu Bakar mengenal Muhammad sebagai seorang lurus, maka ia segera menganut Islam. Abu Bakar bahkan sanggup mengajak beberapa orang lainnya untuk mengikuti Muhammad.
Di antara para sobat itu ialah Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talha bin Ubaidillah juga Zubair bin Awwam. Melalui Abu Bakar, Saad bin Abi Waqas -keluarga Muhammad dari garis Aminah-juga memeluk Islam. Demikian pula Bilal, seorang asal Ethiopia yang menjadi budak Ummayah.
Saat itu, warga Mekah tidak banyak mempersoalkannya. Mereka menganggap Muhammad tak lebih dari seorang pendeta biasa sebagaimana Waraqah. Perselisihan gres muncul tiga tahun sehabis masa kenabian. Allah memerintahkan Muhammad untuk tidak lagi sembunyi-sembunyi dalam beragama dengan menyeru keluarga terdekat. (Qur'an Surat 26: 214-216). Muhammad kemudian mengundang keluarga dekatnya, Bani Hasyim untuk makan di rumahnya, kemudian mengajak mereka menyembah Allah. Namun Abu Thalib menghentikan pembicaraan itu.
Esok harinya, Muhammad kembali mengundang kemudian menyeru mereka. Sekali lagi, kerabat Muhammad itu hendak pergi. Saat itu Ali, yang masih anak-anak, berdiri dan mengatakan: "Rasulullah, saya akan membantumu. Saya ialah lawan siapa saja musuhmu." Seluruh yang hadir terbahak. Mereka menertawakan Muhammad, Ali serta Abu Thalib -ayah Ali.
Dikisahkan pula dikala itu Muhammad menyatakan pembelaannya terhadap Ali dengan istilah bahwa Ali ialah pewarisnya, dirinya ialah pewaris Ali. Kelak, hal ini yang digunakan dasar pihak yang menyampaikan bahwa Ali ialah satu-satunya pewaris untuk menjadi pemimpin umat sepeninggal Muhammad. Suatu kasus yang bakal melahirkan pertikaian besar antar umat Islam.
Muhammad juga melaksanakan dakwah terbuka, yakni di bukit Shafa yang sekarang menjadi bab dari Masjidil Haram. "Hai orang-orang Qurais," seru Muhammad dari puncak bukit itu. Orang-orang pun berdatangan. "Kalau kuberi tahu bahwa di bukit ini terdapat pasukan berkuda, percayakah kalian?"
"Ya," sahut mereka. "Kami tak pernah mewaspadai kejujuranmu. Kami belum pernah mendengar engkau berdusta" "Kalian kuperingatkan sebelum menghadapi siksa pedih, hai Bani Abdul Muthalib, Bani Abdul Manaf, Bani Zuhra, Bani Makhzum dan Bani Asad. Allah memerintahkan saya memberikan peringatan pada keluarga-keluargaku terdekat. Aku tidak sanggup memberi laba apapun pada kalian baik di dunia maupun alam abadi kecuali kau mengikrarkan 'La ilaha illallah' (tiada dewa selain Allah)".
Seorang berpostur gemuk yang juga paman Muhammad, Abu Lahab menukas. "Celakah engkau Muhammad. Buat apa kau kumpulkan kami." Allah kemudian menurunkan firman, Surat Al-Lahab, atas sikap tersebut.
Muhammad terus menebar dakwah. Ia bukan saja menyeru untuk meninggalkan berhala, namun juga berbuat baik pada sesama, hidup berkasih sayang, tidak berlomba-lomba menumpuk harta. Pengaruh Muhammad semakin meluas. Hal tersebut meresahkan para pemuka Qurais. Mulailah perseteruan itu. Mula-mula mereka menyerang Muhammad dengan syair yang mengejek. Juga menuntut Muhammad untuk memperlihatkan mukjizat.
Setelah Muhammad secara terbuka mengritik patung-patung sembahan di sekitar Ka'bah, mereka mendesak Abu Thalib untuk tidak melindungi Muhammad. Sepuluh orang ditugasi membawa misi tersebut. Mereka ialah Abu Sufyan bin Harb, Uthbah dan Syaibah bin Rabi'ah, Nubaih dan Munabbih bin Hajjaj, Ash bin Wail, Walid bin Mughirah, Abu Bakhtarif, Jawad bin Muthalib serta Abu Jahal bin Hisyam.
Beberapa kali, kaum kafir mendesak Abu Thalib. Mereka bahkan memperlihatkan seorang cowok tampan, Umara bin Walid semoga dipungut sebagai anak Abu Thalib asalkan Muhammad diserahkan kepada mereka. Abu Thalib menolak seruan itu. Namun ia memberikan pula desakan para tokoh Qurais itu pada Muhammad.
Muhammad kukuh pada sikapnya. "Paman, demi Allah, sekiranya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku semoga saya meninggalkan kiprah ini, sungguh tak akan kulakukan hingga Allah menunjukan kemenangan itu di tanganku atau saya mati karenanya.".n
Demikian yang sanggup saya sampaikan pada kesempatan kali ini semoga bermanfaat
Wassalam