Islam Is Take It And Leave It

Manusia membutuhkan syariat dalam mengarungi kehidupan dunia, lantaran yang namanya insan sudah tentu akan melaksanakan gerak yang sanggup mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudharatan. Sedangkan syariat yang akan membedakan mana yang akan menghasilkan kemaslahatan dan mana yang menjerumuskan ke dalam kemudharatan. Itulah keadilan Allah pada makhluqnya, cahaya-Nya di tengah-tengah hambanya. Tidak mungkin Bani Adam akan hidup tanpa ada syariat yang mengarahkan kepada apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.. Allah berfirman, ”…Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, semoga kau membuktikan kepada umat insan apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan.” (QS. An Nahl : 44). “Sesungguhnya telah tiba kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang jelas benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS Al Maidah : 15-16). Allah juga berfirman, “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kau tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah keyakinan itu, tetapi Kami menyebabkan Al Alquran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan bekerjsama kau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS Aay Syura : 52)
Itulah Islam, Islam ialah perintah untuk beribadah kepada Allah dan melepaskan peribadahan-peribadahan kepada selainnya. Islam ialah perintah untuk mengikuti Sunnah Rasulullah dan menjauhi larangannya. Islam ialah pengagungan terhadap perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya, yang dengan itu semua insan diatur kehidupannya sesuai dengan kehendak Sang Pencipta dan pengatur alam jagad raya ini. Yang dengan itu semua insan dimulyakan atas makhluq-makhluq ciptaan lainnya.

Islam bukanlah ibarat yang difilm-kan oleh Si Boy atau yang digambarkan oleh seorang cow-boy, bukan pula ibarat yang dicita-citakan oleh seorang sinting “Ulil Abshor”, yang menyampaikan bahwa Islam yang disuguhkan dengan cara “take it” or “leave it” itu membahayakan kemajuan Umat Islam.
Pernyataan yang ngaco, yang penulis kira dia bukan seorang muslim. Bagaimana tidak, dengan pernyataan itu dia menginginkan Umat Islam bebas dari syariat yang memerintah dan melarang. Tidak ada keuntungannya ketaatan dan tidak akan membahayakan kemaksiatan-kemaksiatan. Tak ada bedanya orang yang beribadah dan yang bermaksiat. Tak ada gunanya amalan-amalan shalih. Tak ada bedanya antara yang haq dan yang batil. Tidak ada prinsip Al Wala’ wal Bara’, bahkan tidak ada bedanya antara Islam dan kafir. Jelas ini ialah penghinaan terhadap syariat Allah dan penghinaan terhadap Umat Islam yang berdasarkan dia –dengan pernyataanya itu- Umat Islam harus ibarat hewan yang hidup bebas tanpa batasan norma-norma kemanusiaan. Kalau bagi dia wajar, lantaran dia memang seekor binatang. Tetapi kita, kita ialah Umat Islam yang dimuliakan dengan Islam –seperti pernyataan sobat Umar ibnul Khatab-
Sesungguhnya tidak ada istimewanya goresan pena dan pernyataan Ulil Abshar sehingga penulis harus menghabiskan waktu untuk membantahnya, lantaran isinya hanya sampah dan kotoran-kotoran najis yang wajib setiap Muslim untuk menjauhinya. Penulis hanya ingin mengingatkan para pembaca –Kaum Muslimin- dengan firman Allah, “…Dan berhati-hatilah kau terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kau dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu…” (QS Al Maidah : 49)
Hanya dengan kembali kepada agama-Nya, kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, mematuhi segala perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya Umat Islam akan maju dan mulia, sebagaimana pernyataan Nabi,”Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian”. Semua perintah maupun larangan Allah dan Rasul-Nya ialah sesuai dengan fitrah manusia, mengarahkan Umat Islam kepada sesuatu yang bermaslahat dan menjauhkan dari sesuatu yang mudharat, diantara yang memperlihatkan hal itu :
Pertama
Allah memerintahkan untuk memerintah kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar: “Kamu ialah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar…” (QS Ali Imran : 110).
Kedua
Allah memerintahkan untuk ta’awun (tolong menolong) dalam hal kebaikan dan melarang dari ta’awun dalam hal dosa dan maksiat: “…Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan gotong royong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (QS Al Maidah : 2).
Ketiga
Allah memerintahkan untuk menjadi para penegak keadilan: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kau orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi lantaran Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu…” (QS An Nisa : 135).
Keempat
Rasulullah memerintahkan untuk bersikap jujur dan melarang dari berdusta: “Hendaklah kalian jujur lantaran kejujuran menghantarkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Dan janganlah kalian berdusta lantaran kedustaan akan menghantarkan kepada kejahatan, sedangkan kejahatan akan menghantarkan ke neraka.” (HR. Bukhori Muslim dari Ibnu Mas’ud).
Kelima
Rasulullah melarang dari berburuk sangka: “Janganlah kalian berprasangka jelek lantaran ia ialah perkataan yang paling dusta.” (HR Bukhori Muslim dari Abu Hurairah)
Keenam
Rasulullah memerintahkan untuk berbagi nasihat: “Agama itu nasihat” –diulangi tiga kali-, kami bertanya, “untuk siapa wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi Kitab-Nya, Rasul-Nya dan bagi para pemimpin muslimin dan Kaum Muslimin umumnya.” (HR. Muslim dari Abi Ruqoyah Tamim Ad Dari)
Akhirnya sekali lagi penulis mengingatkan kepada para pembaca –Kaum Muslimin- bahwa kini ini telah muncul orang-orang yang berhati syaitan tetapi bertubuh insan ibarat yang digambarkan Rasulullah dalam Shahih Bukhori, hendaknya berhati-hati dan waspada terhadap mereka. Semoga Allah senantiasa menawarkan pertolongan-Nya kepada kita dan Kaum Muslimin dimanapun berada, Amin ya Mujibas saailiin.

FATWA SYAIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL UTSAIMIN
TENTANG HUKUM ZIARAH KUBUR BAGI WANITA, MERATAPI MAYIT DAN MENGANTAR JENAZAH
Beliau berkata:
Ziarah kubur bagi perempuan ialah haram, bahkan termasuk dosa besar bila keluar ke kuburan dengan tujuan itu. Karena Nabi melaknat para peziarah kubur –dari kalangan wanita-, yakni mendoakan mereka dengan laknat. Sedang laknat ialah menolak dan menjauhkan dari rahmat Allah, dan yang demikin tidak terjadi kecuali disebabkan lantaran dosa besar. Namun apabila seorang perempuan keluar dengan suatu keperluan, lalu melewati kuburan/ pemakaman, maka tidak mengapa ia bangkit dan mengucapkan salam pada hebat kubur. Dan ibarat inilah yang dipahami dari apa yang diriwayatkan Imam muslim dari Aisyah, dia berkata, “Wahai Rasulullah bagaimana saya mengucapkan kepada mereka ?” Beliau menjawab, “ucapkanlah: Assalamu ala hebat diyar minal mukminin wal muslimin wayarhamullah almustaqodimin wal musta’khirin wa inna InsayAllah bikum lahikun”.

Adapun menyesali mayit maka ini haram bahkan juga termasuk dosa besar, dikarenakan telah ada dari dari Rasulullah bahwa dia melaknat orang yang menyesali mayit.
Sedangkan mengantar mayit bagi perempuan juga haram lantaran kurang sabarnya mereka akan hal ini dan akan mengundang fitnah serta ikhtilath (bercampur baur) bersama lelaki.
Semoga Allah menyebabkan kita sebagia hamba-hamba yang shalihin dan muslihin.
Penulis: Ust Abu Hamzah Yusuf
Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=48

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel