Kausalitas Dan Korespondensi : Budi Filsafat
Logika Kausa |
Rangka-nya rangka dari seluruh sains maupun ilmu pengetahuan. Tidak lebih dan tidak kurang. Itulah prinsip kausalitas.
Ketika Newton melihat apel jatuh, konon, ia berfikir mestinya ada sesuatu yang mewujudkan jatuhnya apel. Ini-lah yang meniscayakan adanya gravitasi dalam fisika. Ketika Mendell melihat keteraturan sifat - sifat hereditas, ia berfikir mestinya ada sesuatu yang mewujudkan keteraturan sifat - sifat hereditas. Keyakinan ini menumbuhkan teori genetika.
Prinsip kausalitas berbunyi , “Segala sesuatu membutuhkan alasannya ialah untuk meng - ada, kecuali keberadaan itu sendiri.” Sifat penting kausalitas pertama ialah keselarasan; yaitu satu alasannya ialah yang sama akan menghasilkan akhir yang sama. Selain itu ialah sifat kesemasaan alasannya ialah dan akibat, serta sifat korelasi eksistensial antara alasannya ialah dan akibat.
Prinsip kausalitas ialah aturan dasar alam. Karena tanpa mendapatkan prinsip kausalitas sebagai aturan dasar alam, yang merupakan salah satu dari the very properties of being, mustahil kita meniscayakan satu aturan apa pun yang bersifat umum bagi alam.
Dan ia bukanlah merupakan hasil “korespondensi” atau “penghubung-hubungan” yang dilakukan oleh rasio insan menurut pengalaman inderawinya, sebagai-mana yang dikatakan oleh sebagian orang. Karena bahkan semua pengalaman inderawi kehilangan maknanya, bahkan seluruh alam bahan tidak sanggup ditahkik keberadaannya tanpa mendapatkan prinsip kausalitas dulu sebelumnya.
Dan bagaimana mungkin sebagian orang tersebut menjelaskan adanya hal - hal yang berkorespondesi secara berulang - ulang tapi tidak diyakini memiliki korelasi kausalitas. Misalnya setelah malam datanglah siang dan setelah siang datanglah malam. Kenapa tidak ada seorangpun yang berfikir bahwa siang ialah penyebab malam dan malam ialah penyebab siang?
Maka, mestilah diterima ke - obyektif - an prinsip kausalitas, dan meyakini bahwa prinsip ini bukanlah prinsip psikologis saja. Sehingga dengan mata kausalitas mestilah diterima adanya penyebab seluruh alam bahan ini, yang pasti bukanlah alam bahan itu sendiri, atau sebagian darinya, lantaran bahan bukanlah keberadaan sehingga mesti selalu memerlukan alasannya ialah untuk mengada. Sungguh ini ialah merupakan bukti yang terang wacana adanya alam immaterial, yang sebagian orang menyebutnya alam spiritual atau alam intelligebles. Sebagaimana para fisikawan meyakini keberadaan elektron? Atau lebih terang lagi?
wallahu a’lam bish-showwab