Pengertian Iq,Sq Dan Eq

 Setelah tenggelamnya Website Jeneponto yang saya Buat mulai dari tahun  Pengertian IQ,SQ dan EQ
Pengertian IQ,SQ dan EQ

Assalamu Alaikum wr.wb.
Setelah tenggelamnya Website Jeneponto yang saya Buat mulai dari tahun 2012 hingga pertengahan Tahun 2013  dikala saya membuka inbox dari pihak Hosting yang saya pakai dulu bahwa "Akun anda di Sus****" haha :D hingga Sus aja niscaya teman-teman skalian tau deh kalau website pakai hosting gratisan niscaya banyak kendalanya ok itu deritaku derita lo? hahah pribadi saja ke TK
Kecerdasan ialah istilah umum yang dipakai untuk menjelaskan sifat pikiran yang meliputi sejumlah kemampuan, menyerupai kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, memakai bahasa, dan belajar.
Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg & Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.
Saat ini cukup popular perihal tiga kecerdasan manusia, yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual. Tapi Kecerdasan Adversitas? Dalam buku sumber yang penulis gunakan sebagai tumpuan goresan pena ini –buku yang didapatkan dari seorang sahabat penulis yang baik hati, Bapak Kusmayanto Kadiman, terdapat banyak sekali wawasan dan pemahaman gres yang sangat menarik untuk dinikmati.
Intellgence Quotient (IQ) yakni ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka kiprah dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir aneh dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita mempunyai modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
Emosional Quotient (EQ) mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam (personal) berarti sebuah kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self acceptance), dan hormat diri (self respect), dan penguasaan diri (self mastery) dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan memahami orang (to understand others), mendapatkan orang (to accept others), mempercayai orang (to trust others), dan mempengaruhi orang (to influence others).
Spiritual Quotient (SQ) pada dasarnya yakni transendensi, yaitu proses penyeberangan, pelampauan, penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah material ke wilayah spiritual, dan dari bentuk yang agresif ke bentuk yang sublime. Dalam hal ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata akan tetapi harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama insan dan beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jikalau kita hanya mengandalkan kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal kepercayaan dan taqwa kita akan membangun akal dan budpekerti mulia sehingga segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan akan terasa bermakna, nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita, tanpa keterpaksaan belaka.
Nah, yang terakhir yakni Adversitas Quotient (AQ), pernah dengar? Menurut kamus adversity berarti kemalangan, kesulitan, dan penderitaan. AQ disini yakni kecerdasan kita pada dikala menghadapi segala kesulitan tersebut. Beberapa orang mencoba untuk tetap bertahan menghadapinya, sebagian lagi gampang takluk dan menyerah. Dengan demikian kecerdasan adversitas yakni sebuah daya kecerdasan budi-akhlak-iman insan menundukkan tantangan-tantangannya, menekuk kesulitan-kesulitannya, dan meringkus masalah-masalahnya sekaligus mengambil laba dari kemenangan-kemenangan itu.
Ingin sukses dan berhasil? Cukup cerdaskah saya, anda, kita?

Awalnya kita mengenal IQ yang memang merupakan Q pertama yang diperkenalkan dan dibahas dalam ilmu psikologi. Seiring berjalannya waktu muncul EQ, SQ, kemudian ESQ, AQ, dan Q-Q lainnya.
Tapi apakah Q itu sebenarnya?
Q yakni kependekan dari quotient, sedangkan IQ yakni Intelligent Quotient. Makna quotient sendiri yakni hasil bagi, sedangkan konsep IQ yakni skor rata-rata kecerdasan seseorang. Konsep rata-rata dipakai untuk menjelaskan bahwa skor IQ tidak bersifat mutlak, yaitu: skor 120 , misalnya, yakni nilai rata-rata dari beberapa aspek kecerdasan yang diukur. Berdasarkan hal ini, IQ dalam ilmu psikologi sering dijelaskan dalam rentang tertentu, salah satunya IQ 90-110 yakni normal.
Namun bagaimana dengan EQ dan SQ?
Sebenarnya dua istilah tersebut tidak sempurna untuk menjelaskan konsep kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Penggunaan Q gres sempurna jikalau sudah dilakukan pengukuran tingkat kecerdasan masing-masing dari kedua aspek tersebut. Jika belum dilakukan kuantifikasi, maka penggunaan istilah yang sempurna yakni Emotional Intelligent (EI) dan Spiritual Intelligent (SI).
Sebenarnya, Goleman (pencetus EI) dan Zohar (pencetus SI) tidak pernah menunjukkan “Q” pada konsep mereka. Bahkan buku mereka (dalam bahasa aslinya) berjudul Emotional Intelligent (Goleman) dan Spiritual Intelligent (Zohar). Namun untuk keperluan marketing, di Indonesia dilakukan perubahan konsep dengan menunjukkan “Q”.
Lalu bagaimana dengan Q yang lain?
Sejauh ini, dalam psikologi gres ada tiga konsep kecerdasan, yaitu: kognitif, emosi (EI), dan spiritual (SI). Namun SI sesungguhnya masih menyisakan missing-link yang harus terus diteliti dan dikembangkan supaya konsepnya utuh. Sedangkan Q-Q yang lain yakni adonan konsep dari beberapa konsep yang tiga tersebut. Berbagai pola penggabungan mengakibatkan muncul aneka macam Q yang lain.
Untuk pengguna jasa psikologi, mengenai banyaknya Q dalam ranah ilmu psikologi perlu menyikapi secara kritis. Secara umum segala aspek psikologis sanggup diukur, namun pengukurannya membutuhkan keajegan dan validitas supaya kesannya sanggup dipertanggung jawabkan. Oleh sebab itu perlu bagi konsumen untuk bertanya dan menggali lebih jauh apabila berniat melaksanakan tes psikologi.

Hubungan Antara SQ, EQ dan IQ dalam psikologi


Menurut Stephen R. Covey, IQ yakni kecerdasan insan yang bekerjasama dengan mentalitas, yaitu kecerdasan untuk menganalisis, berfikir, memilih kausalitas, berfikir abstak, bahasa, visualisasi, dan memahami sesuatu. IQ yakni alat kita untuk melaksanakan sesuatu letaklnya di otak pecahan korteks manusia. Kemampuan ini pada awalnya dipandang sebagai penentu keberhasilan sesorang. Namun pada perkembangan terakhir IQ tidak lagi dipakai sebagai pola paling fundamental dalam memilih keberhasilan manusia. Karena menciptakan sempit paradigma perihal keberhasilan, dan juga pemusatan pada konsep ini sebagai satu satunya penentu keberhasilan individu dirasa kurang memuaskan sebab banyak kegagalan yang dialami oleh individu yang ber IQ tinggi (dalam Sukidi).
Ketidak puasan terhadap konsepsi IQ sebagai konsep sentra dari kecerdasan seseorang telah melahirkan konsepsi yang memerlukan riset yang panjang serta mendalam. Daniel Golman mengeluarkan konsepsi EQ sebagai tanggapan atas ketidak puasan insan jikalau dirinya hanya dipandang dalam struktur mentalitas saja. Konsep EQ menunjukkan ruang terhadap dimensi lain dalam diri insan yang unik yaitu emosional. Disamping itu Golman mempopulerkan pendapat para pakar teori kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri insan yang berinteraksi secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam memilih efektivitas penggunaan kecerdasan yang konvensional tersebut (dalam Danah Zohar dan Ian Marshal).
Komponen utama dari kecerdasan sosial ini yakni kesadaran diri, motivasi pribadi, pengaturan diri, tenggang rasa dan keahlian sosial. letak dari kecerdasan emosional ini yakni pada sistem limbik. EQ lebih pada rasa, Jika kita tidak bisa mengelola aspek rasa kita dengan baik, maka kita tidak akan bisa untuk memakai aspek kecerdasan konvensional kita (IQ) secara efektif, sebab IQ memilih sukses hanya 20% dan EQ 80%.
Kecerdasan spiritual bisa mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi, bisa menyandarkan jiwa sepenuhnya menurut makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah hening (EQ) akan memberi sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah hening sebab fatwa darah telah teratur maka individu akan sanggup berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia lebih sempurna dalam mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati dan potensi kamanusiaan tidak cukup hanya denga IQ dan EQ, kecerdasan spiritual yakni kecerdasan yang sangat berperan dalam diri insan sebagai pembimbing kecerdasan lain. Kini tidak cukup orang sanggup sukses berkarya hanya dengan kecerdasan rasional (yang bekerja dengan rumus dan logika kerja), melainkan orang perlu kecerdasan emosional supaya merasa gembira, sanggup bekerjasama dengan orang lain, punya motivasi kerja, bertanggung jawab dan life skill lainnya. Perlunya berbagi kecerdasan spiritual supaya ia merasa bermakna, berbakti dan mengabdi secara tulus, luhur dan tanpa pamrih yang menjajahnya. Karena itu sesuai dengan pendapat Covey diatas bahwa “SQ merupakan kunci utama kesadaran dan sanggup membimbing kecerdasan lainnya”.

Apa sahabat sudah mengerti?Kebetulan artikel ini yakni sebagian dari kiprah sekolahku dulu waktu Sekolah Menengan Atas dari pada mubassir lebih baik di share sanggup Amal, hehe

Itulah sedikit Yang sanggup saya sampaikan pada malam ini semoga bermanfaat

Wassalamualaikum Wr,Wb

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel