Motivasi : Ketika Watu Menikahi Pasir
Di pesisir sebuah pantai, tampak dua anak sedang berlari-larian, bercanda, dan bermain dengan riang gembira. Tiba-tiba, terdengar pertengkaran sengit di antara mereka. Salah seorang anak yang bertubuh lebih besar memukul temannya sehingga wajahnya menjadi biru lebam. Anak yang dipukul seketika membisu terpaku. Lalu, dengan mata berkaca-kaca dan raut muka murka menahan sakit, tanpa berbicara sepatah kata pun, beliau menulis dengan sebatang tongkat di atas pasir: "Hari ini temanku telah memukul saya !!!"
Teman yang lebih besar merasa tidak enak, tersipu aib tetapi tidak pula berkata apa-apa. Setelah berdiam-diaman beberapa saat, ya ...dasar-anak-anak, mereka segera kembali bermain bersama. Saat lari berkejaran, alasannya yakni tidak berhati-hati, tiba-tiba anak yang dipukul tadi terjerumus ke dalam lubang perangkap yang digunakan menangkap binatang. "Aduh.... Tolong....Tolong!" ia berteriak kaget minta tolong. Temannya segera menengok ke dalam lubang dan berseru, "Teman, apakah engkau terluka? Jangan takut, tunggu sebentar, saya akan segera mencari tali untuk menolongmu." Bergegas anak itu berlari mencari tali. Saat beliau kembali, beliau berteriak lagi menenangkan sambil mengikatkan tali ke sebatang pohon. "Teman, saya sudah datang! Talinya akan kuikat ke pohon, sisanya akan kulemparkan ke kamu. Tangkap dan ikatkan dipinggangmu, pegang erat-erat, saya akan menarikmu keluar dari lubang."
Dengan susah payah, kesudahannya sahabat kecil itu pun berhasil dikeluarkan dari lubang dengan selamat. Sekali lagi, dengan mata berkaca-kaca, beliau berkata, "Terima kasih, sobat!" Kemudian, beliau bergegas berlari mencari sebuah kerikil karang dan berusaha menulis di atas kerikil itu, "Hari ini, temanku telah menyelamatkan aku."
Temannya yang rahasia mengikuti dari belakang bertanya keheranan, "Mengapa sesudah saya memukulmu, kau menulis di atas pasir dan sesudah saya menyelamatkanmu, kau menulis di atas batu?" Anak yang di pukul itu menjawab sabar, "Setelah kau memukul, saya menulis di atas pasir alasannya yakni kemarahan dan kebencianku terhadap perbuatan jelek yang kau perbuat, ingin segera saya hapus, menyerupai goresan pena di atas pasir yang akan segera terhapus bersama tiupan angin dan sapuan ombak.”
”Tapi, ketika kau menyelamatkan aku, saya menulis di atas batu, alasannya yakni perbuatan baikmu itu pantas dikenang dan akan terpatri selamanya di dalam hatiku, sekali lagi, terima kasih sobat."
Pembaca yang budiman,
”Hidup dengan memikul beban kebencian, kemarahan dan dendam, sungguh melelahkan. Apalagi kalau orang yang kita benci itu tidak sengaja melaksanakan bahkan mungkin tidak pernah tahu bahwa beliau telah menyakiti hati kita, sungguh ketidakbahagiaan yang sia-sia.
Memang benar.... kalau setiap kesalahan orang kepada kita, kita tuliskan di atas pasir, bahkan di udara, segera berlalu bersama tiupan angin, sehingga kita tidak perlu kehilangan setiap kesempatan untuk berbahagia.
Sebaliknya... tidak melupakan orang yang pernah menolong kita, menyerupai goresan pena yang terukir di kerikil karang. Yang tidak akan pernah hilang untuk kita kenang selamanya.”
Salam sukses luar biasa!!